Senin 12 Jul 2021 13:20 WIB

Keluarga: Capador tak Terlibat Pembunuhan Presiden Haiti

Tim Capador disebut terlambat ketika datang untuk melindungi presiden.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Para tersangka dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media, bersama dengan senjata dan peralatan yang diduga mereka gunakan dalam serangan itu, di Direktorat Jenderal polisi di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021 Moise dibunuh dalam serangan di kediaman pribadinya Rabu pagi.
Foto: AP/Joseph Odelyn
Para tersangka dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise ditunjukkan kepada media, bersama dengan senjata dan peralatan yang diduga mereka gunakan dalam serangan itu, di Direktorat Jenderal polisi di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021 Moise dibunuh dalam serangan di kediaman pribadinya Rabu pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Seorang pensiunan anggota pasukan khusus Kolombia, Duberney Capador adalah salah satu dari dua orang Kolombia yang dilaporkan dibunuh oleh pasukan keamanan Haiti. Capador ditembak mati menyusul serangan pembunuhan Presiden Jovenel Moise di Port-au-Prince. Sejauh ini sekitar belasan warga Kolombia dan dua warga Amerika Haiti telah ditangkap.

Pihak berwenang Haiti mengklaim Capador adalah bagian dari 28 anggota regu pembunuh yang menyerbu kompleks kepresidenan Moise pada Rabu dini hari. Mereka menyiksa Moise dan menembaknya hingga meninggal dunia.

Baca Juga

Saudara perempuan Capador mengatakan, saudara laki-lakinya bukan seorang pembunuh bayaran. Dia melakukan perjalanan ke Port-au-Prince setelah disewa oleh sebuah perusahaan keamanan swasta untuk membantu melindungi orang-orang penting.   “Dia bukan tentara bayaran, dia pria yang baik,” kata Jenny Capador dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Kolombia, El Tiempo.

Jenny Capador mengatakan, dia saling berkirim pesan dengan saudara laki-lakinya beberapa jam setelah pembunuhan Moise yang terjadi pada Rabu sekitar pukul 01.00 dini waktu setempat. Jenny Capador mengatakan, saudara laki-lakinya berkata bahwa timnya telah datang terlambat untuk melindungi orang yang seharusnya mereka lindungi.   “Saya menduga orang penting itu presiden,” ujar Jenny Capador.

Jenny Capador menambahkan bahwa, saudara laki-lakinya telah memberi tahu bahwa kelompoknya kemudian dikepung oleh polisi. “Dia memberi tahu saya bahwa mereka berada di sebuah rumah, dikepung dan ditembaki. Saya 100 persen yakin saudara saya dan rekan-rekannya tidak bersalah," ujarnya.

Polisi Haiti mengatakan, seorang tersangka ke-16 yang merupakan warga Kolombia ditangkap pada Sabtu (10/7). Polisi memburu lima tersangka lain yang diduga terlibat dalam serangan pembunuhan presiden.

Orang terakhir yang ditangkap bernama Gersaín Mendivelso Jaimes. Dia merupakan mantan anggota militer Kolombia yang pernah bertugas di rumah sakit angkatan laut di Cartagena.  El Tiempo mengatakan, pihak berwenang meyakini Mendivelso telah membantu merekrut kelompok Kolombia, yang melakukan perjalanan ke Haiti melalui Republik Dominika.

Sebuah laporan di majalah Kolombia, Semana, yang mengutip sumber anonim menyatakan bahwa, mantan tentara Kolombia pergi ke Haiti setelah disewa untuk melindungi Moise. Konon, Moise telah menerima ancaman pembunuhan.  

Semana menerbitkan kutipan dari pesan WhatsApp yang dikirim oleh salah satu orang Kolombia yang berada dalam penjara, yaitu mantan sersan tentara bernama Angel Mario Yarce. Ketika itu, Yarce memberi tahu istrinya bahwa tugas mereka adalah memberikan perlindungan yang dekat kepada pejabat tinggi.

Di sisi lain, muncul sebuah pertanyaan  mengenai peran pengawal pribadi Moise. Tidak ada satu pun dari mereka yang dilaporkan terluka dalam serangan pembunuhan Moise. "Presiden dibunuh oleh pengawalnya sendiri, bukan oleh orang Kolombia," ujar seorang politisi oposisi terkemuka dan mantan senator, Steven Benoit, kepada stasiun radio lokal Magik9.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement