Sabtu 10 Jul 2021 11:19 WIB

Pesan Muhammadiyah dalam Penggunaan Internet dan Medsos

Muhammadiyah kaget keadaban Indonesia di internet rendah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Pesan Muhammadiyah dalam Penggunaan Internet dan Medsos. Foto: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhamadiyah Abdul Muti menyampaikan orasi ilmiah saat sidang Senat terbuka Pengukuhan Guru Besar di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (2/9). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang Senat terbuka pengukuhan Abdul Muti sebagai Guru Besar atau Profesor di Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) mengangkat tema Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis, Basisi Nilai dan Arah Pembaruan. Sidang tersebut dihadiri sejumlah tokoh yaitu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi dan mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pesan Muhammadiyah dalam Penggunaan Internet dan Medsos. Foto: Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhamadiyah Abdul Muti menyampaikan orasi ilmiah saat sidang Senat terbuka Pengukuhan Guru Besar di Auditorium Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (2/9). Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang Senat terbuka pengukuhan Abdul Muti sebagai Guru Besar atau Profesor di Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI) mengangkat tema Pendidikan Agama Islam yang Pluralistis, Basisi Nilai dan Arah Pembaruan. Sidang tersebut dihadiri sejumlah tokoh yaitu mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi dan mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti mengatakan, sekarang ini masyarakat hidup di era yang serba terbuka dengan adanya internet. Namun, dia kaget dengan adanya survei yang menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang tingkat keadabannya paling rendah dalam menggunakan media sosial.

“Survei microsoft beberapa waktu lalu memang cukup mengagetkan kita ketika ternyata dilihat dari sisi akhlak dan keadaban, Indonesia ini termasuk salah satu negara yang paling rendah tingkat keadabannya dalam menggunakan media sosial,” ujar Prof Mu’ti saat sambutan dalam acara pengajian umum PP Muhammadiyah yang digelar pada Jum’at (9/7) malam.

Baca Juga

Pernyataan bahwa warganet Indonesia termasuk dalam golongan yang paling tidak beradab tersebut berasal dari hasil survei Microsoft tentang Indeks Keadaban Digital atau Digital Civility Index (DCI). Penelitian tersebut digelar Microsoft di 32 negara dan melibatkan lebih dari 16.000 responden.

Hasil survei itu menunjukkan bahwa Indonesia bersama dengan Rusia, Afrika Selatan, dan Meksiko termasuk negara yang paling tak punya adab di internet. Sedangkan dalam Lingkup Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan adab paling buruk.

 

Dalam konteks yang berkaitan dengan agama sendiri, Prof Mu’ti juga melihat berbagai informasi hoaks. Menurut dia, adanya berbagai informasi yang salah tentang agama tersebut terkadang juga cukup menyita waktu untuk meluruskannya.

“Era sekarang yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi itu ternyata memang tidak menjadikan manusia itu semakin cerdas, tidak menjadikan manusia semakian arif,” ucap Prof Mu’ti.

Menurut Prof Mu’ti, hal ini senada dengan buku berjudul World Without Mind yang ditulis mantan editor The New Republic, Franklin Foer. Dalam terjemah sederhananya, menurut dia, judul buku tersebut berarti Dunia tanpa Otak.

“Jika ditermahkan secara bebas mungkin dunia di mana manusia itu semakin bodoh justru ketika teknologi itu ada dalam genggaman tangan,” katanya.

Karena itu, menurut Prof Mu’ti, fenomena ini memang menjadi persoalan tersendiri di kalangan umat Islam, khususnya warga persyarikatan Muhammadiyah. “Fenomena ini memang menjadi persoalan tersendiri ketika kita juga melihat kecenderungan umat, termasuk di kalangan warga persyarikatan, yang lebih memilih mengikuti informasi-informasi yang secara ilmiah maupun diniyah tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement