Jumat 09 Jul 2021 20:44 WIB

Tampak Biasa, 5 Hal Ini Bisa Jadi Tanda Depresi

Banyak orang menganggap bahwa depresi bisa dengan mudah diidentifikasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Banyak orang menganggap bahwa depresi bisa dengan mudah diidentifikasi.
Foto: Pxhere
Banyak orang menganggap bahwa depresi bisa dengan mudah diidentifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang menganggap bahwa depresi bisa dengan mudah diidentifikasi dan tampak seperti kesedihan yang persisten dan tak membaik. Padahal, gejala depresi bisa muncul dalam berbagai bentuk.

Orang-orang yang mengalami depresi bahkan bisa tak menyadari kondisi yang dia alami. Alasannya, depresi bisa terjadi secara bertahap hingga membuat penderitanya tak menyadari bahwa pikiran dan perasaan depresif telah mendominasi perspektif serta hidup mereka.

Baca Juga

Ada beragam tanda dan gejala depresi yang dapat diwaspadai pada diri sendiri atau orang-orang terdekat. Sebagian tanda tersebut mungkin tampak biasa dan tak terkesan berkaitan dengan depresi. Berikut ini adalah lima di antaranya, seperti dilansir WebMD, Jumat (9/7).

 

Belanja tak Terkontrol

Pada sebagian orang yang mengalami depresi, berbelanja secara kompulsif merupakan hal yang cukup umum terjadi. Kegiatan belanja kompulsif ini bisa terjadi dalam bentuk berbelanja daring atau berbelanja secara langsung ke toko. Berbelanja kompulsif ini kerap berperan sebagai distraksi atau booster untuk kepercayaan diri.

Berbelanja secara kompulsif juga patut diwaspadai sebagai tanda dari mania. Kondisi mania ini bisa terjadi pada kasus gangguan bipolar.

 

Mudah Lupa

Studi menunjukkan bahwa depresi atau stres berkepanjangan dapat meningatkan kadar kortisol di dalam tubuh. Kondisi tersebut dapat menyebabkan bagian di otak yang berkaitan dengan daya ingat dan belajar mengalami pengecilan atau pelemahan.

Gangguan daya ingat terkait depresi tampak lebih buruk pada orang-orang yang berusia lebih tua. Kabar baiknya, pengobatan terhadap depresi dapat memperbaiki masalah daya ingat terkait depresi ini.

 

Makan Berlebih dan Obesitas

Menurut studi dari University of Alabama pada 2010, orang-orang berusia dewasa muda yang depresi cenderung mengalami penambahan berat badan, khususnya di sekitar lingkar pinggang. Penambahan lingkar pinggang diketahui turut berdampak pada peningkatan risiko penyakit jantung.

Studi lain menunjukkan adanya kaitan antara depresi dan makan berlebih, khususnya pada kelompok usia paruh baya. Memperbaiki dan mengobati depresi dapat membantu mengatasi masalah obesitas dan makan berlebih ini.

 

Nyeri Punggung Kronis

Nyeri punggung yang berkepanjangan juga dapat dipengaruhi oleh depresi. Beberapa studi menunjukkan bahwa depresi dapat menjadi salah satu faktor risiko untuk nyeri punggung bawah kronis.

Salah satu studi menunjukkan bahwa sekitar 42 persen orang dengan nyeri punggung bawah mengalami depresi sebelum mereka mulai merasakan nyeri tersebut. Akan tetapi, depresi seringkali tak disadari karena orang-orang jarang mengaitkan depresi dengan nyeri yang dirasakan tubuh.

Sebaliknya, orang-orang yang mengalami nyeri punggung kronis juga dapat berisiko mengalami depresi.

 

Tak Merawat Diri

Tanda depresi juga bisa diwaspadai dari hal-hal yang sederhana seperti tak merawat diri sendiri. Tanda ini bisa berupa tidak menyikat gigi atau melewatkan kebiasaan berolahraga. Bila dibiarkan, pengabaian terhadap perawatan diri sendiri ini dapat memicu masalah yang lebih serius di kemudian hari.

Memperbaiki kondisi depresi dapat membantu penderitanya untuk memulai kembali kebiasaan merawat diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement