Jumat 09 Jul 2021 22:23 WIB

Ledakan Covid-19, MUI: Semua Injak Rem Darurat

Ledakan Covid-19, MUI: Semua Injak Rem Darurat

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ledakan Covid-19, MUI: Semua Injak Rem Darurat. Foto:  Covid-19 (ilustrasi)
Foto: PixaHive
Ledakan Covid-19, MUI: Semua Injak Rem Darurat. Foto: Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Orang yang terpapar Covid-19 dan korban jiwa semakin bertambah setiap harinya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan, seharusnya semua orang menginjak rem darurat di saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat ini.

"Jadi harapan kami dengan PPKM Darurat, harusnya semua benar-benar injak rem darurat," kata Ketua Tim Peduli Covid-19 MUI, Ikhsan Abdullah kepada Republika, Jumat (9/7).

Baca Juga

Ikhsan mengatakan, pemerintah perlu membimbing masyarakat agar dapat melaksanakan ketentuan PPKM Darurat ini dengan sebaik-baiknya. Supaya jumlah orang yang terpapar virus ini berkurang dan pandemi Covid-19 bisa melandai.

Menurutnya, semua pihak wajib mengakhiri perbedaan cara mengendalikan pandemi Covid-19 ini. Mari semua laksanakan PPKM Darurat ini dengan tetap bertawakal kepada Allah SWT sebagai ikhtiar batin.

"Masyarakat juga harus optimis dengan terus berharap dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semua penyakit itu pasti ada obatnya," ujarnya.

Ikhsan yang juga Wakil Sekretaris Jenderal MUI ini mengajak kepada para ustaz, ustazah, imam mushola, imam langgar, imam masjid, takmir, guru ngaji, para pengasuh pondok pesantren, para kiai, dan masyayikh untuk terus melakukan doa, dzikir, serta mengumandangkan adzan dan ayat-ayat Alquran pada setiap waktu sholat tiba. Tujuannya untuk mengingatkan semua sekaligus sebagai bentuk ketundukan semua kepada Allah SWT.

MUI juga terus menghimbau agar masyarakat khususnya kaum Muslim dapat mengikuti bimbingan MUI melalui panduan fatwa MUI saat pandemi Covid-19. Serta mengikuti tausiyah MUI dalam rangka menyambut dan melaksanakan hari raya Idul Adha dan qurban di saat terjadi ledakan Covid-19.

"Mari tetap memperkuat ikhtiar lahiriyah berupa menegakkan protokol kesehatan yang ketat, yakni tidak berkerumun (social distancing), memakai masker dengan benar, rajin mencuci tangan, dan tetap di rumah bila tidak ada kepentingan yang mendesak, membiasakan hidup sehat, dan menghindari berita-berita hoaks yang dapat menurunkan imunitas kita," ujarnya.

Ketua Tim Peduli Covid-19 MUI juga prihatin karena selama pandemi Covid-19 sampai 4 Juli 2021, sebanyak 584 ulama meninggal dunia. Padahal, untuk mencetak seorang ulama sangat sulit dibanding mencetak para sarjana, bahkan gelar doktor sekalipun.

"Karena ulama itu dilegitimasi oleh masyarakat. Betapa sulit mendapat legitimasi masyarakat," kata Ikhsan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement