Jumat 09 Jul 2021 15:45 WIB

Oxfam: Setiap Menit 11 Orang Meninggal Kelaparan

Oxfam mengatakan jumlah kematian akibat kelaparan melewati kematian akibat Covid-19

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Oxfam mengatakan jumlah kematian akibat kelaparan melewati kematian akibat Covid-19. Ilustrasi.
Foto: EPA
Oxfam mengatakan jumlah kematian akibat kelaparan melewati kematian akibat Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Organisasi anti-kemiskinan Oxfam mengatakan di seluruh dunia setiap menit ada 11 orang meninggal dunia karena kelaparan. Dalam satu tahun terakhir jumlah orang yang mengalami kelaparan bertambah enam kali lipat.

Dalam laporan The Hunger Virus Multiplies yang dirilis Kamis (8/7) kemarin, Oxfam mengatakan jumlah kematian akibat kelaparan melewati kematian akibat Covid-19. Setiap menit ada tujuh orang yang meninggal karena kelaparan.

Baca Juga

"Statistiknya mengejutkan, tapi kami harus ingat angka-angka ini berdasarkan dari individu-individu yang mengalami penderitaan tak terbayangkan, satu orang saja sudah terlalu banyak," kata presiden dan CEO Oxfam Amerika, Abby Maxman.

Organisasi kemanusiaan itu juga mengatakan 155 juta orang di seluruh dunia mengalami kelangkaan pangan atau lebih buruk, bertambah 20 juta orang dibandingkan tahun lalu. Dua pertiganya mengalami kelaparan karena negara mereka sedang dalam konflik militer.

"Saat ini, konflik yang tak kunjung henti di atas kemunduran ekonomi Covid-19 dan krisis perubahan iklim, mendorong lebih dari 520 ribu orang ke jurang kelaparan," kata Maxman.

"Alih-alih mengatasi pandemi, pihak yang bertikai terlalu sering melepaskan pukulan terakhir ke jutaan orang yang sudah menderita karena bencana alam dan guncangan ekonomi," tambahnya.

Meski di tengah pandemi, kata Oxfam, pengeluaran militer di seluruh dunia bertambah 51 miliar dolar AS. Jumlahnya lebih banyak enam kali lipat dibandingkan yang PBB butuhkan untuk menghentikan kelaparan.

Laporan itu mencatat sejumlah negara yang menjadi 'titik kelaparan terburuk' seperti Afghanistan, Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, dan Yaman sedang mengalami gejolak konflik.

"Kelaparan masih digunakan sebagai senjata perang, merampas makanan dan air masyarakat sipil dan menghalangi bantuan kemanusiaan. Masyarakat tidak dapat hidup dengan aman atau menemukan makan ketika pasar mereka dibom dan ternak dan ladang mereka dihancurkan," kata Maxman.

Organisasi itu mendesak pemerintah untuk berhenti berperang agar tidak terus-menerus menghasilkan 'bencana kelaparan'. Oxfam juga meminta pemerintah memastikan lembaga-lembaga bantuan dapat beroperasi di zona konflik dan mencapai mereka yang membutuhkan.

Lembaga itu juga meminta negara-negara donor untuk segera dan sepenuhnya mendanai upaya-upaya PBB dalam mengentaskan kelaparan. Selain pemanasan global dan krisis ekonomi yang disebabkan pandemi, kelaparan juga disebabkan naiknya harga makanan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement