Jumat 09 Jul 2021 14:37 WIB

Sumpah Sayyidina Ali Jika Berbohong atas Nama Nabi

Menyandarkan segala pernyataan kepada Nabi Muhammad SAW memiliki konsekuensi syariat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Ali bin Abi Thalib
Foto: Mgrol120
Ali bin Abi Thalib

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menyandarkan segala pernyataan kepada Nabi Muhammad SAW memiliki konsekuensi syariat. Apabila penyandaran tersebut benar dan dapat ditelusuri secara keilmuan hadis, maka dapat diterima. Namun sebaliknya, itu bisa disebut sebagai dusta dan haram untuk dilakukan.

Sahabat Nabi Muhammad, Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahkan pernah bersumpah apabila berbohong dengan menyandarkannya kepada Nabi. Dalam buku Sirah Sahabat karya Syekh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawy, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah mengutarakan sumpahnya terkait hal itu.

As-Syaikhany dan lainnya mentakhrij dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata: “Jika aku menyampaikan hadis dari Rasulullah SAW, maka aku lebih suka dijatuhkan dari langit apabila aku mengatakan apa yang tidak beliau katakan. Tapi jika aku berbicara dengan kalian tentang suatu masalah yang terjadi di antara kita, maka sesungguhnya perang pun bisa dilakukan dengan siasat,”.

Tak hanya Sayyidina Ali, sahabat Nabi yang lainnya seperti Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata: “Aku takut untuk menambahi atau mengurangi walau satu huruf pun. Sebab Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berdusta atas diriku secara sengaja, maka dia berada di dalam neraka,”.

Upaya para sahabat dalam menyampaikan kebenaran tanpa menambahi atau mengurangi perkataan Nabi itu sejatinya adalah cikal-bakal dalam upaya menjaga hadis-hadis Rasulullah SAW. Sebab hadis-hadis Nabi yang hingga kini dapat ditelusuri oleh umat Islam dapat dipertanggungjawabkan bahkan jika ditelusuri secara sistem keilmuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement