Jumat 09 Jul 2021 12:45 WIB

Rektor IPB Terpapar Varian Delta

Arif Satria diperbolehkan pulang setelah 10 hari dirawat di rumah sakit.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Teguh Firmansyah
Rektor IPB University Prof Arif Satria
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University Prof Arif Satria

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria telah diperbolehkan pulang untuk pemulihan setelah dirawat selama 10 hari di Rumah Sakit Bogor Medical Center (BMC). Arif menyatakan dirinya terpapar Covid-19 varian delta.

Arif pun kembali menekankan, virus Covid-19 ini bukan mitos, melainkan benar adanya. Diketahui, Arif kembali terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya meski sudah mendapat suntikan vaksin sebanyak dua kali.

Baca Juga

"Hasil genome sequencing, virus saya kali ini tergolong varian delta. Jadi, bagi penyintas yang sudah pernah terkena Covid-19 dan sudah vaksin, jangan lengah. Tetap waspada dengan varian baru, termasuk delta. Sekali lagi, karena varian delta bisa escape dari antibodi pascavaksinasi atau penyintas," kata Arif, Jumat (9/7).

Arif bercerita, kala itu dia melakukan swab antigen dan swab PCR pada waktu bersamaan. Ketika hasilnya keluar, swab antigen Arif menunjukkan hasil negatif. Sementara itu, lima jam kemudian hasil tes swab PCR Arif juga keluar dan ia dinyatakan positif Covid-19.

"Hasil swab antigen negatif tidak berarti bebas Covid-19 karena swab antigen mungkin tidak mampu deteksi varian delta, khususnya saat jumlah virus belum terlalu banyak. Bahkan, ada ahli yg menyebut bahwa varian delta kadang juga tidak terdeteksi oleh PCR," tuturnya.

Lebih lanjut Arif mengatakan, Covid-19 varian delta yang menularinya dirasa memiliki daya tular lebih cepat. Sebab, dia merasakan gejala lebih cepat dan lebih berat, seperti hilang penciuman, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, dan demam.

Setelah dinyatakan reinfeksi Covid-19, dia dirawat di RS BMC Kota Bogor selama 10 hari dengan kondisi saturasi stabil 94-99. Meski merasa paparan varian delta ini lebih berat daripada paparan Covid-19 tahun lalu, suntikan semangat dari para dokter, keluarga, dan sahabat membuatnya lebih bersemangat untuk sembuh.

"Semangat adalah kata kunci. Ketenangan adalah separuh obat, dan kepanikan adalah separuh penyakit. Sumber ketenangan utama adalah mengingat Allah SWT. Membangun prasangka positif atas musibah ini adalah bagian dari cara menemukan ketenangan. Kekuatan mindset akan makin membantu percepatan penyembuhan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement