Jumat 09 Jul 2021 08:02 WIB

Belarusia Tutup Koran dan Tangkap Pemimpin Redaksinya

Belarusia menyatakan mereka memblokir situs surat kabar itu atas permintaan Jaksa.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Foto: EPA
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Belarusia memblokir situs surat kabar yang kritis terhadap Presiden Alexander Lukashenko. Istri pemimpin redaksi koran itu mengatakan, suaminya dibawa pihak berwajib untuk diinterogasi.

Sebelumnya, salah satu surat kabar tertua di Belarusia, Nasha Niva mempublikasikan berita unjuk rasa menentang Lukashenko pada musim panas lalu. Harian itu selama ini juga sumber informasi penting bagi pendukung oposisi.

Pada Kamis (8/7), pihak Nasha Niva mengatakan, aparat menggerebek kantor mereka dan menahan pemimpin redaksi Yahor Martsinovich. Di media sosial, istri Martsinovich mengatakan suami ditahan saat mengajak anjing mereka jalan-jalan.

Selain menangkapnya, polisi juga menggeledah rumah Martsinovich. Dalam pernyataannya Kementerian Informasi Belarusia menyatakan mereka telah memblokir situs surat kabar itu atas permintaan Jaksa Agung.

Nasha Niva dituduh menyebarkan informasi 'atas nama organisasi yang tak terdaftar di Belarusia'. Pihak berwenang Belarusia semakin keras dalam membungkam kritikan dan media-media non-pemerintah usai gelombang unjuk rasa bulan Agustus tahun lalu.

Gelombang demonstrasi pecah usai pemilihan umum. Oposisi mengatakan pemerintah mencurangi pemilihan umum.

Pada puncak unjuk rasa Nasha Niva mempublikasikan video-video yang menunjukkan polisi memukuli demonstran yang mereka tahan. Namun Polisi mengklaim telah menggunakan kekuatan dengan semestinya.

Surat kabar menuliskan satu orang wartawan dan satu orang fotografer juga ditahan pada Kamis ini. Tapi kemudian mereka dibebaskan.

Pihak berwenang bekas wilayah Uni Soviet itu belum memberikan komentar mengenai penggerebekan dan penangkapan. Pihak keamanan juga menggeledah kantor tiga media lokal kecil dan menahan sejumlah staf mereka. n Lintar Satria/Reuters

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement