Kamis 08 Jul 2021 15:28 WIB

Puasa dan Kaitannya dengan Kontrol Pusat Emosi

Puasa memiliki banyak manfaat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Puasa dan Kaitannya dengan Kontrol Pusat Emosi. Foto: Ilustrasi Puasa
Foto: Republika/Mardiah
Puasa dan Kaitannya dengan Kontrol Pusat Emosi. Foto: Ilustrasi Puasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puasa rutin yang bersifat sunah maupun wajib merupakan ibadah yang istimewa yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Selain dapat menetralisir fungsu organ-organ tubuh, puasa sejatinya juga dapat mengontrol pusat emosi.

Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 183 berfirman: “Ya ayyuhalladzina aamanu kutiba alaikumushiyaamu kamaa kutiba alalladzina min qablikum la’allakum tattaqun,”. Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”.

Baca Juga

Dalam buku Sehat dengan Ibadah karya Jamal Muhammad Az-Zaki dijelaskan, puasa mempunyai pengaruh besar dalam jiwa seseorang. Sebab sesungguhnya manusia adalah kumpulan dari badan (jasmani) dan jiwa (rohani).

Manusia itu lembut Rabbaniyah dan unsur-unsur Rohaniyah; ia berakal dan berpikir. Dia merasa dengan indriawi dan perasaan, dan Allah menciptakannya dari tanah liat. Allah berfirman dalam Alquran Surah As-Shaffat ayat 11: “Inna khalaqnaahum min thinin laazibin,”. Yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat,”.

 

Masing-masing dari jasad dan ruh mempunyai makanan. Apabila nutrisi jasad adalah makanan dan minuman, maka nutrisi ruh adalah agama dan iman kepada Allah Tuhan Semesta Alam. Maka apabila salah satu dari jasmani ataupun rohani mendurhakai selainnya, maka keseimbangan tubuh orang tersebut tidak dapat tercapai.

Jika unsur jasmani mengalahkan unsur rohani, misalnya seseorang memenuhi semua kebutuhan jasmaninya dengan mengabaikan kebutuhan rohaninya dari agama dan iman, maka tipe orang semacam ini turun mengikuti nafsu. Dan jika unsur rohani mengalahkan unsur jasmani, maka ia bertambah dekat dengan Allah sepanjang hal tersebut tidak merusak dan membinasakan jasmaninya.

Untuk itu dijelaskan, adalah sebuah keharusan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi rohani yang dapat mencegahnya dari perbuatan dosa. Dan juga dapat menjauhkannya dari melakukan keburukan dan budi pekerti tercela. Sekiranya nutrisi ini selalu membersihkan dan menjernihkan rohani, supaya rohani menjadi suci dan mulia.

Maka demikian, puasa menjadi medium ibadah yang dapat memupuk jiwa agar senantiasa muraqabah kepada Allah SWT (merasa selalu diawasi Allah). Barang siapa selalu muraqabah kepada Allah, maka ia sejatinya telah mensucikan jiwanya dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Karena itulah hendaknya manusia menjernihkan jiwanya dengan berpuasa.

Nabi bahkan pernah berkata bahwa: “As-shiyaamu junnatun,”. Yang artinya: “Puasa adalah perisai,”. Yakni puasa adalah pelindung manusia. Seorang Muslim pada saat berpuasa sangat memperhatikan kondisinya dan bersemangat memanfaatkan waktunya untuk membaca Alquran, mendirikan shalat, membayar zakat, dan memberikan sedekah.

Muslim yang rajin menunaikan puasa, baik yang wajib maupun yang sunah, maka ia akan berperilaku dermawan, senang melakukan kebaikan, bersikap moderat, lemah lembut, serta menjadi pribadi yang penyabar. Ia akan tekun beribadah dan berzikir kepada Allah SWT, senang beriktikaf, dan gemar bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah kepada dirinya.

Muslim yang rajin berpuasa juga akan menjauhi perbuatan bohong, mengumpat, menipu, riya, ghibah, namimah, mengeluarkan perkataan batil, menghina dan meremehkan orang lain, serta menjauhi tempat-tempat duduk yang membicarakan tentang senda gurau dan hal-hal bodoh.

Di sisi lain, Nabi Muhammad juga menjabarkan manfaat puasa sebagai pengobat jiwa: “Kalaian harus berpuasa, sesungguhnya puasa itu pemotong syahwat dan penghilang kesombongan,”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement