Rabu 07 Jul 2021 19:36 WIB

Kenaikan Kasus Luar Biasa di Beberapa Hari Terakhir

Laju kenaikan kasus Covid-19 diduga dipercepat oleh varian Delta.

Anggota TNI memeriksa tempat tidur untuk pasien saat penyerahan bantuan tempat tidur di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi, Rabu (7/7). Pemeritah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa barat menerima 70 tempat tidur rumah sakit dari sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memenuhi tingginya kebutuhan tempat tidur bagi pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Anggota TNI memeriksa tempat tidur untuk pasien saat penyerahan bantuan tempat tidur di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi, Rabu (7/7). Pemeritah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa barat menerima 70 tempat tidur rumah sakit dari sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memenuhi tingginya kebutuhan tempat tidur bagi pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Haura Hafizah, Antara

Kenaikan kasus Covid-19 diprediksi masih akan terus terjadi. Melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air saat ini kemungkinan disebabkan oleh varian baru, termasuk Delta. Penyebaran varian ini mendominasi dengan kecepatan penularan lima hingga delapan kali lebih cepat.

Baca Juga

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengakui, laju peningkatan kasus Covid-19 di Tanah Air selama Juni hingga bulan ini luar biasa. Tercatat kasus harian tertinggi bisa 28 ribu hingga di atas 30 ribu.

"Ini sangat memungkinkan disebabkan oleh varian yang kita ketahui yaitu varian Delta," ujarnya, saat berbicara di konferemsi virtual FMB9, Rabu (7/7).

Kalau melihat sampai saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia setelah melakukan pengurutan keseluruhan genom (Whole Genome Sequencing/WGS), hasilnya ada 553 mutasi virus, baik itu varian yang diwaspadai dan variant of interest. Khusus untuk varian Delta, dia melanjutkan, mendominasi terutama di Pulau Jawa.

"Kalau dilihat dari 553 sequencing, 436 di antaranya adalah varian Delta," katanya.

Ia menambahkan, penularan varian Delta sangat cepat. Ia membandingkan jika kecepatan penularan varian virus asli dari Wuhan, China, hanya 2,5 hingga tiga kali namun kecepatan varian Delta bisa lima hingga delapan kali.

"Ini menjadi kewaspadaan kita semua," ujarnya.

Siti Nadia, melaporkan, total kasus konfirmasi baru yang ditemukan di kabupaten kota di Pulau Jawa dan Bali mencapai 24.801 per 6 Juli. Angka tersebut menurun dibandingkan jumlah kasus di hari sebelumnya yang sebesar 25.271.

Sedangkan jumlah testing di Pulau Jawa Bali pada 6 Juli mencapai lebih dari 124 ribu atau meningkat lebih dari 20 ribu pemeriksaan dibandingkan dengan hari sebelumnya. Ia pun menilai, masih ada potensi terjadinya lonjakan kasus positif baru dalam beberapa hari mendatang.

"Kita masih akan mungkin melihat kemungkinan kasus terkonfirmasi tersebut meningkat dalam beberapa hari ke depan. Terlebih lagi kita semakin mendorong jumlah testing dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga kita bisa memisahkan kasus yang sakit dari populasi yang sehat," kata Siti Nadia, dalam keterangan pers harian PPKM Darurat, Rabu (7/7).

Siti Nadia mengatakan, meskipun jumlah testing harian terus mengalami peningkatan, namun jumlahnya masih sebesar 38 persen dari target di Jawa dan Bali atau sebanyak 324 ribu tes. Sementara angka positivity rate di Pulau Jawa dan Bali masih tercatat tinggi yakni sebesar 19,9 persen. "Walaupun positivity rate ini telah menurun dari hari sebelumnya sebesar 24,7 persen," tambah Siti Nadia.

Untuk pelacakan kontak erat, Siti Nadia menyebut jumlahnya di tingkat provinsi masih sangat rendah dan masih jauh dari target yang ditetapkan yakni sekurang-kurangnya sebanyak 15 kontak erat per kasusnya.

Lebih lanjut, Kemenkes juga mencatat insidensi atau jumlah kasus per 100 ribu penduduk per minggu di kebanyakan provinsi di Jawa dan Bali yang masih masuk dalam kategori transmisi komunitas tingkat 3 dan 4. Kecuali di Jawa Timur dan Banten yang dikategorikan transmisi komunitas tingkat 2.

Sedangkan, berdasarkan indikator jumlah kasus rawat, seluruh provinsi di Jawa dan Bali masih berada di kategori transmisi komunitas tingkat 4 dengan jumlah kasus rawat lebih dari 30 per 100 ribu penduduk per minggu. "Kecuali Provinsi Bali yang memiliki keterisian tempat perawatan sekitar 50 persen. Tetapi untuk seluruh provinsi di Pulau Jawa masih melaporkan tingkat keterisian di atas 80 persen," lanjut dia.

Oleh karena itu, pemerintah melakukan PPKM Darurat khusus di wilayah Jawa-Bali karena eskalasi kasus yang sedemikian luas dan luar biasa banyak. Ia meminta PPKM Daurat penting dipatuhi bersama.

"Karena kalau bicara PPKM darurat sisi hulunya memegang peranan penting," katanya. Semua pihak harus mampu menghentikan penularan dari sisi hulu supaya memberikan kesempatan kepada orang yang sudah terinfeksi dengan gejala kondisi yang berat ataupun kritis yang membutuhkan pelayanan kesehatan bisa maksimal terlayani.

"Sebab, jumlah kasus yang sedemikian besar tidak memberikan kesempatan pada fasilitas kesehatan untuk bisa menangani secara optimal karena begitu besarnya beban (kasus)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement