Rabu 07 Jul 2021 04:27 WIB

Peneliti Singapura Kembangkan Bahan Busa Pintar untuk Robot

Busa pintar ini memungkinkan robot merasakan benda-benda di dekatnya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Robot  (ilustrasi).
Foto: ABC
Robot (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Para peneliti Singapura mengembangkan bahan busa pintar. Busa pintar ini memungkinkan robot merasakan benda-benda di dekatnya dan memperbaiki dirinya sendiri saat rusak, seperti halnya kulit manusia.

Busa yang diinervasi secara artifisial, atau AiFoam adalah polimer yang sangat elastis. Bahan ini dibuat dengan mencampur fluoropolimer dengan senyawa yang menurunkan tegangan permukaan.

Baca Juga

Menurut para peneliti di National University of Singapore, teknik ini memungkinkan bahan spons untuk menyatu dengan mudah menjadi satu bagian saat dipotong.

“Ada banyak aplikasi untuk bahan seperti itu, terutama dalam robotika dan perangkat prostetik, di mana robot harus jauh lebih cerdas saat bekerja di sekitar manusia,” jelas pemimpin peneliti Benjamin Tee, dilansir dari Reuters, Selasa (6/7).

Untuk mereplikasi indra peraba manusia, para peneliti memasukkan material tersebut dengan partikel logam mikroskopis dan menambahkan elektroda kecil di bawah permukaan busa.

Ketika tekanan diterapkan, partikel logam semakin dekat di dalam matriks polimer, mengubah sifat listriknya. Tee menuturkan perubahan ini dapat dideteksi oleh elektroda yang terhubung ke komputer, yang kemudian memberitahu robot apa yang harus dilakukan.

“Ketika saya menggerakkan jari saya di dekat sensor, Anda dapat melihat sensor mengukur perubahan medan listrik saya dan merespons sentuhan saya,” katanya.

Fitur ini memungkinkan tangan robot untuk mendeteksi tidak hanya jumlah tetapi juga arah gaya yang diterapkan berpotensi membuat robot lebih cerdas dan interaktif.

Selain itu, Tee mengatakan AiFoam adalah yang pertama dari jenisnya untuk menggabungkan kedua sifat penyembuhan diri dan kedekatan dan pengindraan tekanan. Setelah menghabiskan lebih dari dua tahun mengembangkannya, ia dan timnya berharap materi tersebut dapat digunakan secara praktis dalam waktu lima tahun.

“Ini juga memungkinkan pengguna prostetik untuk menggunakan lengan robot mereka secara lebih intuitif saat mengambil benda,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement