Selasa 06 Jul 2021 11:56 WIB

PM Pakistan: Perang Saudara di Afghanistan Harus Dicegah

Khan sudah berbicara dengan Presiden Iran Raisi terkait konflik di Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan,
Foto: AP Photo/Bebeto Matthews
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan,

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI --  Pakistan bekerja dengan kekuatan regional untuk memastikan penyelesaian politik di negara tetangga, Afghanistan. Hal ini untuk mencegah potensi perang saudara menyusul penarikan pasukan Amerika Serikat (AS).

“Kami berhubungan dengan negara-negara regional untuk penyelesaian politik di Afghanistan. Kami juga akan menghubungi Taliban (untuk membujuk mereka),” kata Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, dilansir Anadolu Agency, Selasa (6/7).

Baca Juga

Khan mengatakan, dia telah berbicara dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi tentang masalah Afghanistan. Dia juga akan menghubungi negara-negara lain untuk menyelamatkan Afghanistan.

Islamabad telah mengkritik penarikan pasukan  AS dari Afghanistan yang tergesa-gesa. Penarikan tersebut dilakukan tanpa membangun struktur pemerintahan yang kredibel di Kabul.

“Semua negara tetangga harus memainkan peran mereka untuk menyelamatkan Afghanistan dari perang saudara. Konflik seperti itu akan menghancurkan perdagangan Pakistan dengan negara-negara Asia Tengah," kata Khan.

Sejak Presiden AS Joe Biden mengumumkan penarikan pasukan asing di Afghanistan, Taliban telah menguasai sejumlah distrik. Hingga saat ini Taliban menguasai sekitar sepertiga dari 421 distrik dan pusat distrik di Afghanistan.

Pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan pangkalan utama militer di Afghanistan pada Jumat (2/7). Sebelumnya Presiden Biden mengatakan, penarikan pasukan AS dari Kabul dimulai pada 1 Mei hingga 11 September mendatang.

 "Semua tentara Amerika dan anggota pasukan NATO telah meninggalkan pangkalan udara Bagram," kata pejabat senior keamanan AS tanpa menyebut nama.

Militer AS telah mengoordinasikan perang udara dan dukungan logistiknya untuk perang dari pangkalan udara Bagram, yang terletak sekitar 60 kilometer utara Kabul. Penarikan pasukan ini merupakan akhir dari misi pimpinan AS di Afghanistan.

Pangkalan militer Bagram kemudian diserahkan kepada pemerintah Afghanistan. Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, pangkalan itu akan secara resmi diserahkan kepada pemerintah.

"Kami menganggap evakuasi semua pasukan AS dari Bagram sebagai langkah positif dari penarikan pasukan asing di semua bagian negara. Itu demi kepentingan mereka dan warga Afghanistan. Warga Afghanistan dapat bergerak lebih dekat ke perdamaian dan  keamanan dengan penarikan penuh pasukan AS," kata Taliban dalam sebuah pernyataan.

Secara terpisah, Otoritas Penerbangan Sipil Afghanistan (CAA) mengumumkan bahwa mereka mengambil kendali radar dan jaringan komunikasi satelit VSAT yang memandu penerbangan dari Lapangan Terbang Bagram.  Kedua sistem dinonaktifkan sebelum Operation Resolute Support yang dipimpin NATO mengosongkan fasilitas tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement