Senin 05 Jul 2021 23:49 WIB

Kemenkes Intensifkan Tes di Daerah Positivity Rate 25 Persen

Kemenkes menargetkan 400 ribu testing per hari selama PPKM darurat.

Suasana penutupan jalan protokol menuju kawasan Simpang Lima maupun sebaliknya saat penerapan PPKM Darurat di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021). Pemerintah Kota Semarang melalui Dishub Kota Semarang dan Polrestabes Semarang menutup sejumlah jalan protokol selama 24 jam hingga 20 Juli mendatang guna membatasi mobilitas warga saat penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali sebagai upaya untuk menekan lonjakan kasus COVID-19.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Suasana penutupan jalan protokol menuju kawasan Simpang Lima maupun sebaliknya saat penerapan PPKM Darurat di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021). Pemerintah Kota Semarang melalui Dishub Kota Semarang dan Polrestabes Semarang menutup sejumlah jalan protokol selama 24 jam hingga 20 Juli mendatang guna membatasi mobilitas warga saat penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali sebagai upaya untuk menekan lonjakan kasus COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengintensifkan tes dan pelacakan kasus Covid-19 pada sejumlah daerah dengan persentase jumlah kasus positif (positivity rate) di atas 25 persen. Langkah ini upaya mengendalikan laju penularan Covid-19 yang semakin cepat.

"Sejak varian Delta ini masuk, ini cepat sekali menularnya. Sehingga testing-nya kita di berapa provinsi ditingkatkan, termasuk DKI Jakarta, kita bisa lihat dari positivity rate jauh naik," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Senin (5/7).

Baca Juga

Budi mengatakan, selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, pemerintah turut melakukan pelacakan kasus secara agresif dari sekitar 100 ribu orang per hari, sekarang menjadi 400 ribuan per hari. Kemenkes juga memantau laporan dari kabupaten/kota terkait presentase jumlah kasus positif sebagai gambaran dari laju penularan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

"Kalau positivity rate-nya di atas 25 persen, maka targetnya (pelacakan kasus) bukan 1 per 1.000 kasus per pekan, tapi 15 per 1.000 kasus per pekan, demikian juga yang selanjutnya," katanya.

Metode pelacakan secara agresif, kata Budi, dipelajari pemerintah dari situasi India mengenai kemampuan testing Covid-19. Budi mengatakan lonjakan kasus yang saat ini terjadi di sejumlah daerah, karena mobilitas masyarakat yang tidak terkontrol.

"Jadi kenaikan ini terjadi karena pergerakan masyarakat sulit diminta agar disiplin," ujarnya.

Kenyataan itu juga disaksikan Budi dari situasi lalu lintas di berbagai jalan di Jakarta. "Meski sudah diimplementasikan PPKM Darurat, tapi masih juga macet, sampai beberapa teman-teman kita terlambat untuk hadir," ujarnya.

Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Jodi Mahardi, dalam konferensi pers PPKM Darurat dipantau virtual dari Jakarta, Senin, menjelaskan bahwa untuk melaksanakan tes Covid-19 akan disesuaikan dengan tingkat tingkat positif atau positivity rate per pekan. Dengan semakin tinggi rasio konfirmasi positif maka semakin banyak tes yang akan dilakukan.

Untuk melaksanakan peningkatan tes itu maka pemerintah pusat dan daerah akan menambah petugas dan alat pengujian Covid-19. Sementara masyarakat diminta untuk proaktif dan bersedia melakukan pengujian tersebut dan memberikan keterangan yang benar ketika dilakukan pelacakan kasus.

Dalam kesempatan tersebut dia menjelaskan bahwa Koordinator PPKM Darurat, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, telah melakukan rapat dengan para kepala daerah di tiga provinsi pelaksana PPKM Darurat yaitu Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Ditegaskan dalam rapat tersebut, bahwa dengan telah menyebarnya varian Delta di Indonesia maka dibutuhkan pengurangan mobilitas masyarakat sebanyak 50 persen.Analisis pergerakan masyarakat sendiri telah dilakukan dengan menggunakan alat Facebook Mobility, Google Trafic dan Nigh Light yang dimiliki NASA.

"Ditemukan masih banyak sekali pergerakan masyarakat di tiga provinsi tersebut," jelas Jodi.

photo
Harga eceran obat tertinggi dalam masa pandemi Covid-19. - (republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement