Ahad 04 Jul 2021 17:34 WIB

Demonstrasi Menentang Abbas Terus Berlanjut di Tepi Barat

Demonstrasi tentang Abbas dipicu kematian aktivis yang vokal dan kritis

Demonstrasi tentang Abbas dipicu kematian aktivis yang vokal dan kritis. Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: AP/Muhammed Muheisend
Demonstrasi tentang Abbas dipicu kematian aktivis yang vokal dan kritis. Presiden Palestina Mahmoud Abbas

IHRAM.CO.ID, RAMALLAH – Ratusan warga Palestina telah berkumpul di kota Ramallah, Tepi Barat, yang diduduki untuk berdemonstrasi menentang Presiden Mahmoud Abbas, Sabtu (3/7). 

Upaya turun ke jalan ini menjadi momentum baru ke dalam gerakan protes yang dipicu kematian seorang kritikus vokal dalam tahanan pasukan keamanan Pemerintah Palestina (PA). 

Baca Juga

Demonstrasi dimulai dengan beberapa ratus pengunjuk rasa berkumpul di Al-Manara Square di pusat Ramallah, markas PA. Ibu dari Nizar Banat, aktivis yang kematiannya bulan lalu memicu protes, dan anggota keluarga lainnya disambut dengan tepuk tangan dan memberikan pidato singkat. 

Kerumunan kemudian membuat lingkaran melalui pusat kota, mengumpulkan kekuatan saat berbaris sampai ribuan terdengar meneriakkan "Rakyat menginginkan jatuhnya rezim," dan "Abbas, pergi". Slogan tersebut digunakan selama protes Arab Spring yang melanda Timur Tengah pada 2011. 

Laporan Aljazirah, pasukan polisi biasanya ditempatkan pada protes di Tepi Barat yang diduduki, tidak ada pasukan yang terlihat selama demonstrasi tersebut. 

Namun, diduga ada polisi anti huru hara di jalan-jalan di sekitar alun-alun dan jalan-jalan menuju markas presiden. 

Sedangkan Partai Fatah, yang dipimpin Abbas dan mendominasi PA, mengadakan rapat umum di kota Hebron, Tepi Barat selatan. 

Para pendukung mengibarkan bendera kuning khas partai itu. Siaran resmi TV Palestina milik PA meliput rapat umum Hebron dan mengabaikan demonstrasi di Ramallah.

PA didirikan sebagai bagian dari proses perdamaian pada 1990-an dan mengatur bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki Israel. 

Kelompok ini telah tumbuh semakin mendominasi dan tidak populer, sedangkan Abbas membatalkan pemilihan pertama dalam 15 tahun pada April ketika kemungkinan Fatah yang sedang terpecah akan kalah. Dwina Agustin

 

Sumber: Aljazeera 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement