Ahad 04 Jul 2021 12:54 WIB

Kisah Batavia Sebagai Kota Budak

Pada masa kolonial perbudakan di Batavia adalah hal umum terlihat

Kastil of Batavia. Ini sebutant kota Batavia (Jakarta sekarang) di masa lalu. Tampak tembok kota yang kini telah dirobohkan dan suasana asri kawasan yan berada di luar tembok kota tersebut.
Foto: Google.com
Kastil of Batavia. Ini sebutant kota Batavia (Jakarta sekarang) di masa lalu. Tampak tembok kota yang kini telah dirobohkan dan suasana asri kawasan yan berada di luar tembok kota tersebut.

JAKARTA -- Batavia itu kota koloni Belanda yang penuh legenda. Berbagai sebutan baik dan buruk sudah dikenal dan disematkan pada kota yang kini bernama Jakarta itu. Ada sebutan mewah sebagai kota kanal seperti Venicia Asia, ada juga panggilan sebagai kota indah alam tropika di dunia. Dan ada juga sebutan buruk, misalnya kota sarang nyamuk dan penyakit, kota gundik, hingga kota budak.

Dalam tulisan kali ini kita kisahkan soal Batavia sebagai kota budak. Dan ini dengan mengacu pada gambaran beberapa lukisan kuno yang tersimpan di museum Belanda. Sebagian tulisan ini berasal dari 'Journal Of Historian Of Netherlandish Art yang berjudul: Dutch Hierarchy of The Dutch Colonial City (Hirarki Belanda Kota Kolonial Belanda). Tulisan ini karya Marsely L. Kehoe.

Tulisan itu begini:

Di latar depan luksan kastil Batavia (The Castle of Batavia pada 1661) di atas yang merupakan karya Andries Beeckman, tampak seorang pedagang berpakaian Eropa berjalan-jalan di pasar dengan istri Eurasia di lengannya. Sementara di belakanya tampak seorang pelayan kecil berjuang untuk memegang payung di atas kepala mereka.

Payung ini dimaksudkan di satu sisi untuk melindungi mereka dari sinar matahari tropis yang keras, dan di sisi lain berfungsi sebagai simbol status, aspek yang digarisbawahi oleh kehadiran pelayan.

Pada tahun 1647, penanda status seperti itu telah dilarang untuk semua kecuali pejabat tertinggi Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC), yaitu gubernur jenderal dan dewannya – yang lain hanya dapat menggunakan payung jika memegangnya sendiri.

Orang Batavia Belanda , bagaimanapun, seperti pedagang dalam lukisan Beeckman itu, terus menunjukkan kekayaan dan status mereka melalui pakaian dan perilaku yang mencolok, sehingga mengacaukan ekspresi peringkat sosial yang tepat. Pejabat tinggi VOC dan pengamat belakangan menganggap perilaku ini sangat tidak Belanda.

Tampilan seperti itu melanggar kesopanan sosial dan merusak kohesi dari populasi minoritas Belanda yang mengkhawatirkan di antara beragam etnis di kota itu.

Tulisan ini akan berargumen bahwa pemerintahan VOC sebenarnya lebih menyukai penguatan kontrol Belanda yang lebih halus yang dapat dicapai melalui struktur hierarki lingkungan binaan kota kolonial ini.

Andries Beeckman,  The Castle of Batavia, 1661, Rijksmuseum, Amsterdam

Keterangan foto: Lukisan karya Andries Beeckman, Kastil Batavia, pada tahun 1661.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement