Jumat 02 Jul 2021 19:59 WIB

Muhasabah Saat Wabah Yang Tak Kunjung Punah

Bercermin diri saat wabah Covid-19 melas

Petugas kesehatan Puskesmas Agats menyeberangi Sungai Asewet dengan menggunakan kapal cepat untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19 di Ewer, Asmat, Papua, Jumat (2/7/2021). Pemerintah Kabupaten Asmat gencar melaksanakan vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat termasuk jemput bola dengan mengerahkan tenaga kesehatan ke kampung-kampung.
Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Petugas kesehatan Puskesmas Agats menyeberangi Sungai Asewet dengan menggunakan kapal cepat untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19 di Ewer, Asmat, Papua, Jumat (2/7/2021). Pemerintah Kabupaten Asmat gencar melaksanakan vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat termasuk jemput bola dengan mengerahkan tenaga kesehatan ke kampung-kampung.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Faozan Amar, Dosen Ekonomi Islam FEB UHAMKA dan Sekretaris LDK PP Muhammadiyah

Hari-hari ini jalanan di kota Jakarta yang sepi diramaikan dengan suara ambulance yang tak henti hampir setiap jam sekali. Terkadang nampak jelas satu mobil ambulance membawa lebih dari satu peti jenazah. Bahkan ada jenazah yang dibawa mengunakan truk serta mobil Dinas Perhubungan yang dirubah menjadi ambulance.

Mobil polisi masuk ke perkantoran melakukan patroli pemakaian masker dan penerapan protokol kesehatan; “pakai masker harga mati”, ujarnya berkali kali.

Antrian di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dan fasilitas layanan kesehatan sama panjangnya dengan antrian di tempat pemakaman. Pun demikian antrian pembelian dan pengisian oksigen sama banyaknya dengan antrian di apotik yang membeli obat. Antrian juga terjadi di tempat vaksinasi. Video dan foto antrean tersebut bertebaran menghiasi layar media cetak, elektronik, online dan media sosial.

Di gang-gang kampung banyak bertebaran bendera warna kuning, sebagai tanda ada warga yang wafat. Hingga akhirnya banyak gang di kampung yang dipasang portal 24 jam untuk membatasi aktifitas warga. Spanduk ajakan mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan tetap di rumah, bertebaran menempel di gang-gang kampung. 

Di grup whatsap bertebaran informasi ucapan dan flyer duka cita beserta dengan doa-doa yang dipanjatkan. Di ranah virtual tak hanya diisi dengan pembelajaran jarak jauh, taushiyah, pelatihan, rapat kantor, reuni, tetapi juga takziyah virtual. Bahkan ada yang dilakukan secara live sambil menayangkan kondisi jenazah saat di salatkan dengan protokol kesehatan, dimasukan ke ambulance dan dimakamkan tanpa ada keluarga dan teman yang mendampingi.

Itulah gambaran hari-hari ini kondisi kita sebagai warga bangsa. Kecemasan dan kesedihan melanda kehidupan masyarakat, namun optimisme dan kegemberaan juga muncul seiring dengan tingkat kesembuhan pasien yang tinggi, sehingga melahirkan kepercayaan diri untuk bangkit dari pandemi. 

Pemerintah juga tak tinggal diam. Keputusan untuk menerapkan PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali diberlakukan mulai 3 Juli hingga 20 Juli. Tentu dengan segala konsekuensinya. Bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak juga diberikan. Semua itu demi keselamatan bersama seluruh warga bangsa. 

Kebijakan itu membatasi kegiatan masyarakat pada tingkat yang bersifat mikro. PPKM dilaksanakan per daerah yang mengalami lonjakan tinggi kasus Covid-19. Tingkat penyebaran kasusnya dilihat pada tingkat RW/RT dari jumlah rumah yang terpapar pandemi virus corona.  Pembatasan aktivitas diperluas ke zona oranye atau berisiko sedang dari sebelumnya hanya di zona merah saja. 

Diantara pembatasan pada PPKM mikro darurat adalah penerapan bekerja dari kantor (work from office / WFO) sebanyak 25% dari kapasitas kantor pemerintah, BUMN/BUMD, dan perusahaan swasta yang berada di zona merah dan oranye.

Pembelajaran daring tetap dilakukan secara daring. Selain itu, kegiatan sektor esensial dapat beroperasi 100%, dengan protokol kesehatan lebih ketat. Untuk tempat makan dan minum serta pusat perbelanjaan hanya dapat beroperasi hingga pukul lima sore. Kegiatan ibadah bersama ditiadakan sementara. Begitu pun dengan kegiatan lain di area publik ditutup sementara hingga dinyatakan aman.

PPKM ini melibatkan berbagai elemen masyarakat di tingkat bawah. Mulai dari ketua RT/RW, kepala desa/lurah, Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), dan Bintara Pembina Desa (Babinsa). Juga, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) hingga karang taruna.

Dengan kondisi yang demikian, maka tidak ada acara lain kecuali kita semua mentaati PPKM Darurat dengan penuh kesungguhan sebagai bagain dari ikhtiar kita untuk mencegah penyebaran Covid-19. Disamping itu kita perlu melakukan muhasabah dan berdoa memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar wabah ini segera berlalu.

Muhasabah berasal dari kata Bahasa Arab “hasiba-yahsabu-hisab” yang secara etimologi memiliki arti melakukan perhitungan. Sedangkan menurut terminology Islam, muhasabah memiliki arti upaya seseorang dalam melakukan evaluasi diri terhadap kebaikan serta keburukan dalam semua aspek kehidupannya (Masyfur, 2018).

Karena itu, saat pada PPKM Darurat seperti sekarang ini, merupakan langkah tepat untuk melakukan refleksi diri, mengevaluasi perilaku kita selama ini, baik terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, rekan kerja, kepada masyarakat, bangsa dan negara. Apakah kehadiran kita di tengah-tengah mereka telah menebarkan manfaat dan energi positif bagi sesama? Apakah kita telah benar-benar menjalankan amanat Allah dalam kehidupan dunia dengan sebaik-baiknya?.

Muhasabah dapat kita lakukan sendiri maupun bersama keluarga di rumah. Muhasabah juga dapat kita lakukan dengan melihat sekeliling kita, sebagaimana disimbolkan dengan salam untuk mengakhiri salat, yakni bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang masih membutuhkan uluran tangan kita.

Peluang untuk itu terbentang di depan mata. Ketika kita mendengar dan menyaksikan betapa wabah Covid-19 ini banyak memberikan dampak ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Banyak saudara, tetangga dan teman kita menganggur karena pemutusan hubungan kerja (PHK), usahanya sepi, maupun yang sakit terpapar virus Corona hingga ajal menyemputnya. 

Kepedulian kita kepada sesama telah menyebabkan badan amal Charities Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan World Giving Index yang dikeluarkan 14 Juni 2021. Indonesia berada di peringkat pertama dalam daftar negara dermawan dengan skor indeks keseluruhan 69 persen, naik dari 59 persen pada indeks tahunan terakhir yang dikeluarkan tahun 2018, yang juga menobatkan Indonesia menjadi negara paling dermawan.

Oleh karena itu, di tengah pandemi wabah Covid-19 yang belum berakhir ini, mari kita menundukan hati dan kepala dengan menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar wabah ini segera berlalu. Kita lakukan dengan sepenuh hati, sebab Allah telah berjanji “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah ; 5-6).

Dengan demikian, perjuangan dan doa kita dalam menghadapi wabah ini semoga berhasil. Sehingga wabah Covid-19 cepat berlalu dan kehidupan normal kembali. Wallahualam. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement