Jumat 02 Jul 2021 13:51 WIB

Karya Seniman Hindu di Ratusan Masjid di India

Anil Kumar Chowhan telah melukis ratusan masjid di India dengan kaligrafi

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Esthi Maharani
Pria Hindu menulis kaligrafi
Foto: Aljazeera/ Abna24
Pria Hindu menulis kaligrafi

IHRAM.CO.ID, Ada yang tak biasa dari sosok Anil Kumar Chowhan. Sang seniman kaligrafi otodidak itu telah menulis ayat-ayat Alquran dalam bahasa Arab di dinding lebih dari 200 masjid di seluruh India dalam karir selama 30 tahun. Padahal Chowhan penganut Hindu.

Tinggal di Hyderabad, gairah Chowhan untuk kaligrafi tersulut saat melukis papan nama untuk toko-toko di sekitar kota India selatan di Urdu untuk mencari nafkah sederhana. Ia menceritakan berasal dari keluarga Hindu yang sangat miskin. Ia harus berhenti belajar setelah kelas 10 untuk menghidupi keluarga.

"Saya pandai menggambar, jadi saya pikir mengapa tidak memanfaatkan keterampilan ini untuk mengambil lukisan papan nama sebagai karier," kata Chowhan dilansir dari Aljazeera pada Kamis (1/7).

Chowhan mengatakan telah melukis 30 kuil dengan gambar dewa dan dewi Hindu, serta dargah (makam) dan biara yang tak terhitung jumlahnya. Sementara pengerjaan Masjid, Chowhan tak mematok harga fantastis, bahkan sebagian digratiskan.

"Saya merasakan hubungan spiritual dengan tempat-tempat yang mencegah saya untuk menuntut kompensasi,” kata pria yang berpenghasilan sekitar 350 dollar AS atau Rp5 juta per bulan melalui kerja lepasnya di seluruh negeri.

Chowhan mengatakan tidak pernah sekolah formal atau sekolah Islam untuk mempelajari aksara Arab atau bahasa Urdu. Selama tugas melukis dia belajar membaca dan menulis bahasa Urdu. Setelahnya orang-orang mulai mengakui bakatnya dan memberi kesempatan untuk mempercantik arsitektur tengara di sekitar kota dengan ayat-ayat Alquran.

Chowhan mengenang pada 30 tahun lalu di Hyderabad, penting untuk menulis papan nama dalam bahasa Urdu karena mayoritas penduduk kota dan pemilik toko adalah Muslim. Jadi dia tidak punya pilihan selain berkenalan dengan bahasa itu. Namun perlahan, saat menulis dalam bahasa Urdu tanpa memahaminya, dia berkata bahwa dia jatuh cinta dengan naskahnya.

"Seiring waktu, saya mulai mengenali kata-kata dan abjad dan perlahan dan organik mengembangkan minat di dalamnya. Di waktu luang saya, saya mulai menulis aksara Urdu, menyalin kata-kata dari buku teks yang selanjutnya membantu kerajinan saya," kenang Chowhan.

Tapi hidup bukan tanpa bagian dari tantangan. Beberapa penduduk setempat menentang pekerjaan Chowhan karena dia adalah seorang Hindu. Namun Chowhan bertekad untuk mengejar karirnya. Pada akhirnya, ia mendapatkan "fatwa" (keputusan) dari Universitas Jamia Nizamia di Hyderabad untuk melanjutkan karir sebagai seniman.

Manajemen universitas, yang sudah terkesan dengan karyanya telah menggantung karya seninya berupa kanvas Surah Yasin berukuran 183cmx122cm di galeri utama. Kini penduduk setempat yang sama yang mengajukan keberatan atas pekerjaannya memanggilnya "jiwa spiritual" dan membungkuk hormat di depannya.

"Saya percaya seni tidak memiliki agama. Tuhan, Allah, Yesus: mereka semua adalah satu. Dan kita adalah anak-anak Tuhan. Hari ini, sebagian besar teman saya adalah Muslim. Kami makan bersama, hang out bersama, berpartisipasi dalam mehfil [pertemuan] dan memperkaya kehidupan satu sama lain," kata Chowhan.

Chowhan juga berencana menyelenggarakan pameran lukisan Al-Qur'an. Apakah dia mendorong kedua anaknya – laki-laki dan perempuan, keduanya berusia 20-an – untuk mengambil profesinya?

"Saya bukan tipe orang yang memaksakan keputusan saya pada keluarga saya. Tidak ada yang memaksa saya untuk mengambil seni ini juga; itu adalah panggilan batin. Demikian pula, saya telah menyerahkan pilihan karir anak-anak saya kepada mereka. Keduanya lulusan dan memiliki pekerjaan yang baik di perusahaan swasta. Mereka sangat senang,” katanya.

Namun, Chowhan senang adiknya membantu dalam pekerjaannya dan mereka sering berpasangan untuk melakukan tugas bersama. Mereka juga melakukan perjalanan ke negara bagian Karnataka, Andhra Pradesh, dan Maharashtra yang berdekatan untuk bekerja. Chowhan mengaku tidak kaya secara finansial, tetapi merasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya.

"Selama bulan suci Ramadhan, saya yang paling sibuk, bergerak cepat dari satu masjid ke masjid lainnya untuk menyampaikan pesan perdamaian Allah melalui karya seni saya. Tapi rasanya bukan pekerjaan. Saya suka melakukan tugas seperti itu," sebut Chowhan.

Sang kaligrafer percaya bahwa seni tidak boleh dibatasi oleh komunitas atau agama. Chowhan yang pernah menggambar di Masjid, kuil dan biara merasakan semua tempat memberikan pesan yang sama, tentang cinta, kedamaian, dan kesatuan umat manusia.

"Agama adalah kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah. Jika kita mengikuti ajaran Tuhan, kita semua bisa hidup harmonis dan dunia akan menjadi lebih kaya karenanya," pesan Chowhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement