Selasa 29 Jun 2021 06:01 WIB

Pasien Covid-19 OTG Disarankan Isolasi Mandiri

Isolasi mandiri jadi pilihan rasional mengingat RS rujukan Covid-19 rata-rata penuh.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang warga penyintas Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman)  dirumahnya menerima bantuan paket vitamin dan bahan kebutuhan pokok, di rumahnya  (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Seorang warga penyintas Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman)  dirumahnya menerima bantuan paket vitamin dan bahan kebutuhan pokok, di rumahnya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara menyarankan, masyarakat yang merasakam tanda-tanda terpapar Covid-19 namun bergejala ringan, untuk menjalankan isolasi mandiri. Menurutnya, isolasi mandiri merupakan pilihan rasional mengingat rumah sakit rujukan Covid-19 rata-rata penuh.

"Bagi yang terpapar Covid-19 atau yang merasa mulai ada gejala Covid-19, utamanya gejala ringan, isolasi mandiri di rumah merupakan pilihan yang tepat dan rasional pada kondisi sekarang ini," kata Nalendra di Surabaya, Senin (28/6).

Baca Juga

Namun demikian, lanjut dia, masyarakat yamg merasakan tanda-tanda terpapar Covid-19, tetap harus melapor ke Puskesmas terdekat, meskipun tanpa gejala. Sehingga nantinya akan ada petugas yang membantu memantau untuk menjalani isolasi mandiri. Masyarakat juga bisa mendapatkan panduan isolasi mandiri di situs Covid-19 pemerintah.

"Rumah sakit sudah banyak yang penuh. Intensitas serta paparan Covid-19 semakin banyak dan sangat berpotensi menular. Keberadaan nakes yang mulai kewalahan dan lelah karena tiap hari dihadapkan pada sejumlah penderita Covid-19 yang harus dilayani, menandakan faskes mulai mengalami kejenuhan," ujarnya.

Nalendra memang sangat mengkhawatirkan kondisi tenaga kesehatan, menyusul terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang mengakibatkan rumah sakit kebanjiran pasien. Nalendra menegaskan, RSLI sudah mencapai titik puncak kemampuan merawat pasien Covid-19.

"Dengan kapasitas 410 bed, tingkat hunian sekarang telah mencapai kisaran 350-an pasien dan jumlah inden (antri masuk) yang semakin banyak hingga sampai tembus di atas 200-an antrian," ujarnya.

Nalendra menegaskan, yang menjadi fokus perhatian adalah kelelahan tenaga kesehatan maupun relawan yang bertugas di RSLI Surabaya. Nalendra mengingatkan, ketika tenaga kesehatan mulai kelelahan, dampaknya adalah pada penurunan imun. Akhirnya mereka bisa tertular Covid-19, dan tenaga perawat menjadi semakin berkurang. "Kita harus pahami bersama bahwa begitu Nakes kelelahan imunnya turun dan akan mudah terinfeksi," ujar Nalendra.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement