Selasa 29 Jun 2021 04:53 WIB

RSUP Sardjito Dirikan Tenda Darurat

Saat ini tenda darurat tersebut belum digunakan.

Tenaga kesehatan keluar dari tenda darurat Poli Covid-19 RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Senin (28/6). Untuk antisipasi RSUP Dr Sardjito mendirikan tenda darurat di depan Poli Covid-19. Namun, pendirian tenda darurat ini masih untuk antisipasi jika bangsal untuk pasien Covid-19 penuh.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tenaga kesehatan keluar dari tenda darurat Poli Covid-19 RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Senin (28/6). Untuk antisipasi RSUP Dr Sardjito mendirikan tenda darurat di depan Poli Covid-19. Namun, pendirian tenda darurat ini masih untuk antisipasi jika bangsal untuk pasien Covid-19 penuh.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta mulai mendirikan tenda darurat sebagai antisipasi jika jumlah pasien Covid-19 yang datang ke RS itu melampaui kapasitas.

"Tenda kita dirikan untuk mengantisipasi manakala pasien-pasien Covid-19 mau masuk tapi harus menunggu karena berbagai hal, seperti persiapan poli, IGD, bangsal, itu perlu waktu," kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto, Senin (28/6).

Menurut Rukmono, saat ini tenda darurat tersebut belum digunakan. Tenda hanya akan digunakan apabila jumlah pasien Covid-19 mulai membludak. Ia menyebutkan sampai saat ini RSUP Dr Sardjito memiliki 303 tempat tidur (bed) untuk pasien Covid-19 mulai dari anak-anak hingga dewasa. Dari jumlah tersebut, 27 bed di antaranya kategori bed kritikal atau ICU.

Menurut dia, bed ICU menjadi perhatian karena tingkat keterisiannya sudah mencapai 80 persen. Sementara bed non kritikal atau isolasi keterisiannya masih di angka 56 persen.

"Artinya kalau ada tambahan ICU lagi mungkin kita akan kesulitan. Yang akan diterima itu diutamakan yang pasien ada perburukan. Sekitar 18 persen membuat kita deg-degan," kata dia.

Sementara untuk kondisi IGD, ia mengatakan RSUP Sardjito memiliki dua IGD yakni IGD regular dan khusus pasien Covid-19. Menurut dia, pasien Covid-19 yang memeriksakan diri melalui IGD juga mengalami peningkatan.

"Kemarin ada 202 pasien. 165 bisa tidak harus mondok bisa isolman atau di luar rumah sakit. Ada pemantauan kalau ada pemburukan bisa ke rumah sakit," ujarnya.

Melonjaknya keterisian IGD di Sardjito diakui Rukmono karena banyak rumah sakit lain yang layanan IGD-nya harus buka tutup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement