Senin 28 Jun 2021 20:27 WIB

PM Israel dan Presiden Mesir Agendakan Pertemuan Bilateral

Sisi mengucapkan selamat atas pemerintahan baru Israel yang dipimpin Bennett.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi.
Foto: Reuters
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett melakukan percakapan perdana dengan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi pada Senin (28/6). Keduanya dilaporkan sepakat untuk segera melangsungkan pertemuan.

Menurut keterangan yang dirilis kantor perdana menteri Israel, dalam percakapan itu Sisi mengucapkan selamat kepada Bennett atas pemerintahan barunya. Setelah itu, mereka membahas berbagai masalah bilateral, regional, dan internasional.

Baca Juga

“Keduanya memuji perjanjian damai antara kedua negara sebagai batu fondasi untuk stabilitas di Timur Tengah selama lebih dari 40 tahun,” kata kantor Bennett, dilaporkan laman Times of Israel.

Bennett pun menyampaikan terima kasih kepada Mesir karena telah menjadi penengah antara Israel dan Palestina. Sementara Sisi menekankan perlunya membuat gencatan senjata di Jalur Gaza guna meningkatkan situasi sipil dan kemanusiaan di wilayah yang terblokade tersebut. Selain itu, Sisi menekankan perlunya memperbarui proses diplomatik Israel-Palestina.

Sebuah pernyataan yang dirilis kantor Sisi mengatakan, Mesir mendukung semua upaya guna mencapai solusi yang adil dan permanen antara Israel serta Palestina. Bennett dan Sisi sepakat untuk mengatur pertemuan sesegera mungkin.

Hubungan antara Israel dan Mesir semakin terbuka dalam beberapa tahun terakhir. Pada akhir bulan lalu, Benjamin Netanyahu, yang masih menjabat sebagai perdana menteri, melakukan pertemuan dengan kepala dinas intelijen Mesir Abbas Kamel di Yerusalem. Mereka kemudian membahas tentang gencatan senjata di Jalur Gaza.

Pada 10-21 Mei lalu, Hamas terlibat pertempuran dengan Israel. Konfrontasi pecah seiring dengan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa.

Kesepakatan gencatan senjata di Gaza tercapai berkat peran mediasi Mesir. Amerika Serikat (AS) juga mengklaim memainkan diplomasi belakang layar untuk meredakan ketegangan antara Hamas dan Israel. 

Menurut Kementerian Perumahan Gaza, pertempuran yang berlangsung pada 10-21 Mei lalu telah menghancurkan 1.500 unit rumah. Sebanyak 1.500 unit rumah lainnya rusak dan tak dapat diperbaiki. Sementara 17 ribu bangunan lainnya mengalami kerusakan sebagian. Seorang pejabat di Kementerian Perumahan Gaza menyebut biaya pembangunan kembali dapat mencapai 150 juta dolar AS.

Tak hanya bangunan, gempuran Israel selama 11 hari ke Gaza menyebabkan sedikitnya 270 warga di sana tewas. Sementara korban luka dilaporkan mencapai lebih dari 1.900 orang.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement