Senin 28 Jun 2021 06:20 WIB

Sandiaga Ingin Indonesia Jadi Pusat Fashion Muslim Dunia

Indonesia punya modal dan segudang potensi untuk jadi pusat fashion Muslim dunia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno
Foto: Dok. Kemenparekraf
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno berharap Indonesia menjadi pusat fashion Muslim dunia karena memiliki modal dan segudang potensi. Seperti di antaranya SDM, pasar, hingga fashion designer yang berkualitas.

Menparekraf Sandiaga Uno saat menjadi pembicara kunci dalam acara Indonesian Islamic Youth Economic Forum (ISYEF): Fashion Muslim Indonesia Mendunia yang digelar secara virtual, Ahad (27/6), menjelaskan sumbangsih PDB sektor ekonomi kreatif (ekraf) bagi Indonesia sudah menjadi nomor tiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dengan Hollywood dan Korea Selatan dengan K-POP.

Baca Juga

“Sektor ekraf sudah menyumbangkan PDB sebesar Rp 1.100 triliun dari 17 subsektor ekraf, yang didominasi fashion, kuliner, dan kriya. Jumlah masyarakat Muslim kita selama ini hanya menjadi pasar dan kita ternyata banyak mengimpor produk-produk halal," kata Sandiaga seperti dikutip dari siaran pers, Senin (28/6).

"Karena itu kita harus menjadi pemain bukan menjadi penonton, kita ingin menjadikan Indonesia atau Jakarta sebagai Moslem fashion capital of the world. Karena kita memiliki semuanya. Baik desainernya, pasarnya ada, perlu dukungan dari semua untuk mewujudkannya,” katanya menambahkan.

Lebih lanjut, Sandiaga mengutip Data Opus yang menyebutkan dari total PDB sebesar Rp 1.100 triliun, sebesar Rp 175 triliun disumbang oleh subsektor fashion. Sebanyak 33,4 persen pelaku ekraf di Indonesia berasal dari subsektor fashion dimana totalnya mencapai 2,5 juta orang. Nilai ekspor subsektor fashion juga yang terbesar, total mencapai 15 juta dolar AS pada 2019.

“Akan tetapi Indonesia menjadi negara ketiga konsumen busana Muslim terbanyak setelah Turki dan Uni Emirat Arab. Pasarnya besar, banyak pengusahanya tapi belum banyak ekosistem yang terbangun. Saya yakin anak muda saat ini bisa menjadi lokomotif perubahan kedepan. Lantaran sekarang lebih terbuka, lebih inklusif, dan gerakan ekonomi syariah ini paling dinikmati oleh anak-anak muda,” katanya.

Sementara itu, salah satu desainer busana Muslim, Nanida Jenahara Nasution menjelaskan, produk-produk fashion Muslim di Tanah air memiliki kualitas yang sangat baik untuk pasar global. Namun perlu ada dukungan agar produk-produk tersebut bisa diterima dan mendapatkan tempat di hati masyarakat lokal. Selain itu, butuh kolaborasi semua pihak agar produk muslim yang dibuat bisa mendapat market yang luas.

“Yang penting adalah bagaimana stay update dengan yang sedang tren, dan sekarang juga adalah zamannya kolaborasi. Kita enggak bisa ingin jadi yang happening sendiri. Sama-sama bergandengan tangan untuk sukses bersama,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement