Sabtu 26 Jun 2021 07:15 WIB

Sejarah Hari Ini: Kennedy Tunjukkan Solidaritas pada Jerman

Presiden AS John F Kennedy ungkapkan solidaritas pada warga Jerman Barat di Berlin

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS John F. Kennedy dan isterinya Jacqueline Kennedy
Foto: EPA-EFE/Abbie Rowe/ National Park Service
Presiden AS John F. Kennedy dan isterinya Jacqueline Kennedy

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Pada 26 Juni 1963, Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy mengungkapkan solidaritas Amerika kepada warga Jerman Barat di Berlin. Seruan itu disambut oleh ratusan ribu warga Berlin tak jauh dari depan Tembok Berlin yang memisahkan kota menjadi sektor demokrasi dan komunis.

Kerumunan sekitar 120 ribu warga Berlin berkumpul di depan Schoneberg Rathaus (Balai Kota) untuk mendengarkan pidato Kennedy. Mereka mulai berkumpul di alun-alun jauh sebelum presiden AS tiba. Ketika dia akhirnya muncul di podium, mereka memberinya tepuk tangan selama beberapa menit.

Baca Juga

Presiden baru saja kembali dari kunjungan berjalan kaki ke salah satu titik persimpangan Tembok Berlin yang paling terkenal, Checkpoint Charlie. Presiden Kennedy juga ditonton dari sisi lain perbatasan oleh kelompok-kelompok kecil warga Berlin Timur yang bahkan tidak bisa melambai karena kehadiran kelompok besar Polisi Rakyat Jerman Timur.

"Semua orang bebas, di mana pun mereka tinggal, adalah warga Berlin, dan oleh karena itu, sebagai orang bebas, saya bangga dengan kata-kata, 'Ich bin ein Berliner' atau 'Saya juga warga Berlin'," katanya kala itu dikutip laman BBC History, Sabtu (26/5).

Dalam pidato yang berapi-api, presiden mengatakan kepada rakyat Berlin bahwa Berlin Barat adalah simbol kebebasan di dunia yang terancam oleh Perang Dingin. "Dua ribu tahun yang lalu," katanya kepada orang banyak, "bual paling membanggakan di dunia adalah 'civis Romanus sum'. "Hari ini, di dunia kebebasan, kebanggaan yang paling membanggakan adalah 'Ich bin ein Berliner.'"

"Kebebasan memiliki banyak kesulitan dan demokrasi tidak sempurna. Namun kami tidak pernah memasang tembok untuk menahan orang-orang kami," ujarnya.

Pidatonya diselingi oleh sorakan persetujuan yang meriah. Dalam pidatonya, Kennedy meyakinkan Jerman Barat bahwa negara-negara bebas masih berdiri oleh orang-orang dari sektor-sektor Berlin yang dikendalikan secara demokratis yang telah tinggal di dalam perbatasan bermusuhan Jerman Timur sejak akhir Perang Dunia II. Segera setelah perang, kota Berlin dibagi menjadi Berlin Barat, yang terdiri dari kantong-kantong demokratis yang dikelola Amerika, Inggris, dan Prancis, dan Berlin Timur, wilayah yang dikuasai komunis Jerman Timur.

Pidato "Ich bin ein Berliner" Presiden Kennedy dipandang sebagai titik balik dalam Perang Dingin. Pidato itu adalah pendorong moral utama bagi Jerman Barat, yang khawatir dengan Tembok Berlin yang baru dibangun.

Sikap ini juga memberikan pesan yang sangat menantang kepada Uni Soviet dan secara efektif memenuhi harapan Moskow untuk mengusir Sekutu dari Berlin Barat. Dua bulan kemudian, Presiden Kennedy merundingkan perjanjian larangan uji coba nuklir pertama dengan Uni Soviet, yang dipandang sebagai langkah pertama untuk mengakhiri Perang Dingin.

Namun pada 22 November tahun itu, dia dibunuh. Kennedy ditembak di kepala saat dia berkendara melalui Dallas, Texas, dalam perjalanannya ke sebuah acara politik. Tembok Berlin akhirnya runtuh, sepotong demi sepotong, pada November 1989 ketika komunisme runtuh dan Tirai Besi jatuh dari Eropa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement