Kamis 24 Jun 2021 13:52 WIB

Studi: Ruam Akibat Vaksinasi Jarang Terjadi dan Cepat Hilang

Reaksi kulit setelah vaksinasi Covid-19 lebih sering terjadi pada wanita.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Ruam dan gatal setelah vaksinasi (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Ruam dan gatal setelah vaksinasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOSTON -- Penelitian baru menyebut ruam, gatal, dan masalah kulit lainnya muncul dari orang yang menerima vaksin Covid-19. Kendati demikian, laporan kondisi itu jarang terjadi dan hilang dengan cepat.

Para peneliti mengamati lebih dari 40 ribu karyawan sistem rumah sakit Boston yang menerima vaksin mRNA Covid-19 dua dosis (seperti vaksin Pfizer atau Moderna), serta melaporkan setidaknya satu survei gejala setelah suntikan pertama mereka. "Ini adalah informasi pertama yang kami miliki tentang risiko kekambuhan reaksi kulit setelah dosis dua, ketika ada reaksi dosis pertama," kata pemimpin studi dr Kimberly Blumenthal dilansir di Consumer Health Day, Kamis (24/6).

Co-direktur program epidemiologi klinis, divisi reumatologi, alergi, dan imunologi di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston itu mengatakan penelitian menemukan orang-orang dengan ruam, gatal-gatal, dan pembengkakan setelah dosis pertama vaksin mRNA mereka. Secara keseluruhan, 1,9 persen responden survei melaporkan reaksi kulit, paling sering ruam dan gatal di luar tempat suntikan.

Rata-rata, karyawan yang melaporkan reaksi kulit berusia 41 tahun. Reaksi kulit lebih sering terjadi pada wanita (85 persen) dibandingkan pria (15 persen), dan berbeda berdasarkan ras (62 persen kulit putih, 7 persen hitam, dan 12 persen Asia).

Lebih dari 600 orang yang melaporkan reaksi kulit pada dosis pertama menerima dosis kedua dan menyelesaikan survei gejala sesudahnya. Dari mereka, 83 persen melaporkan tidak ada reaksi kulit setelah suntikan kedua. Dari karyawan tanpa reaksi kulit pada suntikan pertama, 2,3 persen melaporkan reaksi kulit setelah dosis kedua, dengan kondisi ruam dan gatal-gatal yang paling umum.

Temuan itu dipublikasikan pada 23 Juni di JAMA Dermatology. Penulis utama dan ahli alergi dan peneliti di Mass General, dr Lacey Robinson, mengatakan reaksi kulit saja seharusnya tidak menjadi alasan bagi orang untuk melewatkan suntikan vaksin Covid-19 kedua mereka. Apalagi, reaksi sangat jarang terjadi setelah suntikan kedua.

"Bagi mereka yang terjadi dalam beberapa jam setelah vaksinasi, atau untuk reaksi parah kapan saja, pasien harus menemui ahli alergi atau imunologi yang dapat mengevaluasi dan memberikan panduan tentang vaksinasi dosis dua," ujar Robinson. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement