Kamis 24 Jun 2021 09:31 WIB

Viral Warga Makamkan Sendiri Ayahnya Positif Covid-19

Muhajir yang dimakamkam tersebut belum pernah di tes uji usap.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Sebuah ekskavator kecil menggali liang lahat di pemakaman khusus Covid-19 TPU Cikadut, Kota Bandung. Melonjaknya kasus Covid-19 termasuk angka kematian akibat Covid-19 di Kota Bandung, membuat petugas pemakaman menurunkan alat berat untuk mempercepat pembuatan liang lahat. (Ilustrasi)
Foto: Edi Yusuf/Republika
Sebuah ekskavator kecil menggali liang lahat di pemakaman khusus Covid-19 TPU Cikadut, Kota Bandung. Melonjaknya kasus Covid-19 termasuk angka kematian akibat Covid-19 di Kota Bandung, membuat petugas pemakaman menurunkan alat berat untuk mempercepat pembuatan liang lahat. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jagat media sosial dihebohkan oleh unggahan salah satu akun di twitter yang menceritakan teman kakaknya harus menguburkan ayahnya yang positif Covid-19 di Kabupaten Bandung Barat. Sontak, unggahan tersebut menjadi viral dan menjadi pembicaraan warganet.

Republika co.id sempat mengirimkan pesan melalui akun twitter untuk mengajukan wawancara terkait unggahan tersebut. Namun hingga saat ini, belum dibalas oleh pemilik akun. Hingga akhirnya, konfirmasi dilakukan kepada aparat desa yang berkaitan langsung dengan peristiwa itu di Desa Tanimulya.

Kepala Desa Tanimulya, Lili Suhaeli mengklarifikasi, informasi yang viral di media sosial bahwa almarhum Muhajir yang dimakamkam tersebut belum pernah di tes uji usap semasa hidup. Almarhum diketahui memiliki penyakit bawaan jantung dan istrinya yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Warga yang meninggal bernama Muhajir, sewaktu hidup belum pernah diswab tetapi memiliki penyakit bawaan yaitu jantung (istrinya positif), Pak Muhajir meninggal Hari Ahad jam 06.00 WIB," ujar Kepala Desa Tanimulya, Lili Suhaeli melalui keterangan yang diterima, Kamis (24/6).

Dia menuturkan, pihak RW setempat dan salah seorang ustaz menghubunginya untuk meminjam ambulans dan meminta kontak warga yang biasa memulasara jenazah. Saat itu, dirinya tidak ada di tempat untuk memberi pinjaman ambulans.

Namun, sopirnya membawa sendiri ambulans tersebut dan memberikan kontak Habub pihak yang sering memulasara jenazah. Saat itu, Habib meminta, waktu untuk beristirahat sebab malam sebelumnya mengurus 6 jenazah hingga pukul 13.00 Wib belum datang.

"Keluarganya gelisah akhirnya pak RW dan Ustaz Dadan serta pihak keluarga berunding jenazah untuk pulasara dan sepakat dimandikan oleh anaknya dipandu oleh Pak RW dan Ustaz Dadan," katanya.

Selanjutnya, anaknya memandikan dan yang mengkafani adalah ustaz Dadan dan Pak RW. Saat itu, petugas pemulasara Habib baru datang sedangkan jenazah langsung dishalatkan oleh warga.

"Yang menggali kubur adalah warga dan dikebumikan di kampung Kebonkalapa dekat rumahnya dikomandoi oleh pak RW dan pak Ustaz Dadan dan warga setempat. Kesimpulan yang dilakukan oleh anaknya hanya memandikan itupun di komandoi oleh Pak RW dan Ustaz Dadan," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement