Rabu 23 Jun 2021 20:33 WIB

Kampus Harus Siapkan Tim Siaga Covid-19

Tim ini wajib ada saat dimulainya kuliah tatap muka.

Sejumlah mahasiswa mengikuti uji coba Perkuliahan Tatap Muka (PTM) dengan melakukan protokol kesehatan (ilustrasi)
Foto: Antara/Maulana Surya
Sejumlah mahasiswa mengikuti uji coba Perkuliahan Tatap Muka (PTM) dengan melakukan protokol kesehatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan kampus harus menyiapkan tim siaga Covid-19 saat kuliah tatap muka diberlakukan. "Selain telah dilakukan vaksinasi bagi tenaga pendidik dan kependidikan, hal lain yang juga perlu diingatkan dan sangat penting yakni pembentukan Tim Kampus Siaga COVID-19 di seluruh perguruan tinggi," kata dia di Banjarmasin, Rabu (23/6).

Tim Kampus Siaga Covid-19 bertujuan menjaga ketahanan kampus terutama di bidang kesehatan serta mempercepat penanganan melalui sinergi antar fakultas, jurusan, prodi, unit, bagian dan lembaga. Kemudian meningkatkan pencegahan penyebaran Covid-19 melalui kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap potensi penularan Covid-19 baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen dan tenaga kependidikan lainnya. 

Baca Juga

"Kampus siaga terhadap kejadian wabah merupakan program yang dilaksanakan secara holistik, komprehensif dan bersinambung. Program ini sejatinya merupakan program kesehatan komunitas yang dilaksanakan secara terus menerus namun dengan intensitas sesuai dengan keadaan," katanya.

Syamsul memaparkan beberapa kegiatan yang harus dilakukan Tim Kampus Siaga Covid-19, antara lain pemantauan melalui sistem pengawasan untuk setiap populasi berisiko di antaranya pengukuran suhu tubuh dan pemeriksaan kesehatan, sistem pencatatan dan dokumentasi hingga simulasi kesiapsiagaan Covid-19 di kampus.

Dalam konteks penularan, kata dia, juga harus diperhatikan domisili kampus yang merupakan daerah epicentrum (zona merah) atau zona-zona lainnya. Menurut Syamsul, interaksi perjalanan dari warga kampus merupakan risiko transmisi yang bisa terjadi sampai kepada masyarakat luas.

"Termasuk interaksi dengan masyarakat luas adalah calon-calon mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, bahkan mahasiswa asing ke kampus tersebut," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement