REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina semakin menunjukkan keseriusannya melakukan inovasi teknologi bersih. Melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan JAPEX dan LEMIGAS pada Jumat (18/6), studi pengembangan teknologi untuk menurunkan emisi CO2 dijajaki bersama.
Penandatanganan tersebut dilakukan secara virtual antara subholding Pertamina Power and New Renewable Energy (PNRE) dengan Japan Petroleum Exploration Co., Ltd. (JAPEX) dan LEMIGAS. Kolaborasi tersebut akan fokus pada pengembangan metode carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di lapangan migas Sukowati.
“Bagi Pertamina kolaborasi ini akan sangat mendukung komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030. Dan khususnya bagi subholding PNRE, kerja sama riset dan pengembangan ini menjadi kunci untuk proyek-proyek yang lebih besar ke depan,” ujar Dannif Danusaputro, Chief Executive Officer Subholding Pertamina PNRE.
Pertamina memiliki komitmen tinggi untuk menerapkan aspek environment, social, dan governance (ESG) dalam menjalankan bisnisnya. Pengembangan teknologi CCUS ini adalah inisiatif Pertamina di aspek environment, yaitu mendukung upaya pengendalian perubahan iklim dengan menurunkan emisi CO2 sebesar 29 persen pada tahun 2030, atau 41 persen dengan bantuan internasional.
Energi bersih akan menjadi fokus bisnis Pertamina di masa depan yang tentunya akan mendorong penurunan emisi gas rumah kaca. Bisnis ini dikelola salah satunya melalui subholding Pertamina PNRE yang mengusung visi memimpin transisi energi di Indonesia melalui inovasi energi bersih. Salah satu energi bersih yang dikelolanya adalah panas bumi melalui anak usahanya, Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan total kapasitas terpasang saat ini sebesar 672 MW.