Selasa 22 Jun 2021 17:11 WIB

14 Anggota Taliban Terbunuh dalam Serangan di Samangan

Serangan juga menghancurkan tempat persembunyian dan senjata Taliban.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pejabat keamanan Afghanistan yang memegang peluncur granat berpeluncur roket (RPG) berpatroli di sebuah desa setelah mereka membersihkan daerah gerilyawan Taliban di distrik Achin di provinsi Nangarhar, Afghanistan, 31 Mei 2021 (dikeluarkan 01 Juni 2021).
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Seorang pejabat keamanan Afghanistan yang memegang peluncur granat berpeluncur roket (RPG) berpatroli di sebuah desa setelah mereka membersihkan daerah gerilyawan Taliban di distrik Achin di provinsi Nangarhar, Afghanistan, 31 Mei 2021 (dikeluarkan 01 Juni 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan udara pasukan pemerintah Afghanistan di sebelah utara Provinsi Samangan Senin (21/6) malam menewaskan 14 anggota Taliban. Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan serangan dilakukan di Desa Qashmal di distrik Firoz Nakhchir.

Pada Selasa (22/6) kantor berita ANI melaporkan serangan tersebut juga menghancurkan tempat persembunyian dan persenjataan Taliban seperti lima peluncur granat, dua senapan mesin berat dan tujuh senjata api laras panjang. Serangan ini digelar setelah Taliban melanjutkan serangan terhadap pasukan keamanan pemerintah.

Baca Juga

Juru bicara angkatan bersenjata Afghanistan mengatakan serangan kontra-ofensif pemerintah berhasil merebut kembali dua distrik di Provinsi Takhar. "Pasukan keamanan luncurkan serangan pada Senin pagi di distrik Khwaja Ghar dan Bangi," kata Abdul Hadi Nazari.

"Dan telah berhasil merebut dua distrik tersebut, memaksa pemberontak melarikan diri," tambahnya.

Pada Ahad (20/6) lalu Taliban mengatakan mereka berkomitmen pada perundingan damai yang saat ini masih dinegosiasikan. Kelompok tersebut menambahkan mereka ingin Afghanistan menjalankan 'sistem Islam murni' yang sejalan dengan hak-hak perempuan yang sesuai dengan peraturan agama dan tradisi budaya.

Pernyataan ini disampaikan saat progres perundingan damai antara kelompok garis keras itu dan perwakilan pemerintah Afghanistan digelar di Qatar berjalan lambat. Sementara kekerasan di Afghanistan melonjak drastis ketika pasukan asing bersiap meninggalkan negara itu pada 11 September mendatang.

Pemerintah Afghanistan mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai buntunya negosiasi itu. Mereka mengatakan Taliban belum mengajukan proposal tertulis yang dapat digunakan untuk memulai pembicaraan yang substantif.

"Kami mengerti dunia dan rakyat Afghanistan memiliki pertanyaan mengenai bentuk sistem yang dibentuk usai pasukan asing ditarik," kata kepala kantor politik Taliban, Mullah Abdul Ghani dalam pernyataannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement