Selasa 22 Jun 2021 13:35 WIB

RI dan Swiss Salurkan Rp 110 M Cetak SDM Vokasi Industri

Pemerintah Swiss mendukung pengembangan pendidikan tinggi vokasi kemenperin dalam s4c

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Siswa menunjukan pembelajaran praktikum proses produksi di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa menunjukan pembelajaran praktikum proses produksi di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin berupaya mengembangkan sumber daya manusia (SDM) industri, salah satunya melalui pendidikan vokasi Industri.

Kepala BPSDMI Arus Gunawan mengatakan Kemenperin memiliki sembilan Sekolah Menengah Kejuruan, 10 Politeknik dan dua Akademi Komunitas yang berbasis kompetensi dan memiliki spesialisasi sektor Industri yang mengimplementasikan Pendidikan Sistem Ganda (Dual System) yang diadopsi dari negara Eropa, termasuk Swiss.  “Swiss sudah lama mendukung pendidikan vokasi di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Selasa (22/6).

Sementara itu Kepala Swiss Secretariat for Economic Cooperation (SECO), Phillip Orga menambahkan Pemerintah Swiss mendukung pengembangan pendidikan tinggi vokasi kemenperin dalam proyek S4C untuk membagikan expertise Swiss dalam menciptakan sekolah vokasi seperti yang mereka lakukan sejak lama terhadap ATMI Solo dan STP Bandung. “Pemerintah indonesia dan Swiss telah menandatangani MoU mengenai kerja sama Teknis dalam Bidang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Sistem Ganda  atau Proyek S4C pada 26 Januari 2018 di Davos, Swiss dengan komitmen bantuan teknis sebesar Rp 110 miliar direncanakan dalam dua fase yaitu fase pertama dari 2018 sampai 2022 dan fase kedua sampai 2026,” ungkapnya.

Proyek S4C diperuntukkan untuk mengembangkan pendidikan vokasi sistem ganda yang meliputi empat Politeknik dan Akademi Komunitas di bawah Kementerian Perindustrian dan satu Politeknik di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut Politeknik Industri Logam Morowali, Akademi Komunitas Manufaktur Bantaeng, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu Kendal, Politeknik Industri Petrokimia Banten yang masih dalam proses pengajuan ijin operasional serta Politeknik Negeri Jember.

Bantuan teknis diberikan dalam bentuk Pengembangan Kampus dan Penguatan Sistem yang meliputi kegiatan sebagai berikut Penyusunan Kurikulum berbasis kebutuhan industri, Asesmen kebutuhan peralatan workshop/ laboratorium, peningkatan kapasitas tenaga pengajar dan manajemen kampus, dukungan terhadap akreditasi kampus, dan fasilitasi kerja sama dengan industri.“Kerja sama dengan industri yang erat menjadi ciri khas yang sekolah vokasi di Eropa yang diadopsi di Indonesia agar lulusannya kompeten dan siap kerja,” ucapnya.

Manajer Umum PT IMIP Morowali Djoko Suprapto menambahkan semua mahasiswa magang diperlakukan dengan baik dan mendapatkan tempat praktek kerja industri sesuai dengan apa yang dipelajari selama di kampus.“Sebagian diminta segera langsung bekerja di pabrik. Para mahasiswa juga dibimbing oleh pelatih tempat kerja yang bersertifikat internasional,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement