Selasa 22 Jun 2021 13:27 WIB

WHO Bangun Pusat Transfer Teknologi Vaksin Covid-19 di Afsel

Pusat transfer teknologi dapat memungkinkan perusahaan Afrika memproduksi vaksin mRNA

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Logo WHO
Foto: Ist
Logo WHO

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menjadikan Afrika Selatan sebagai pusat transfer teknologi dan lisensi untuk memproduksi vaksin Covid-19 bagi perusahaan dari negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah. Pusat transfer teknologi dapat memungkinkan perusahaan Afrika untuk memproduksi vaksin mRNA yaitu teknologi canggih yang sekarang digunakan dalam pembuatan vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna, hanya dalam waktu sembilan hingga 12 bulan.

“Hari ini saya dengan senang hati mengumumkan bahwa WHO sedang berdiskusi dengan konsorsium perusahaan dan institusi untuk membangun pusat transfer teknologi di Afrika Selatan,” kata Tedros, dilansir Aljazirah, Selasa (22/6).

Baca Juga

Tedros mengatakan, konsorsium itu melibatkan perusahaan Afrigen Biologics & Vaccines yang akan bertindak sebagai hub. "Afrigen Biologics & Vaccines sebagi hub dapat memproduksi vaksin mRNA itu sendiri maupun memberikan pelatihan kepada produsen Biovac," ujar Tedros.

Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, ada beberapa opsi yang didiskusikan, terutama perusahaan kecil dan bioteknlogi. “Kami juga sedang berdiskusi dengan perusahaan mRNA yang lebih besar dan sangat berharap mereka akan bergabung," ujarnya.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, pembangunan pusat teknologi tersebut merupakan langkah bersejarah. Ramaphosa mengatakan inisiatif itu akan mengubah narasi Afrika yang merupakan pusat penyakit dan pembangunan yang buruk.

“Inisiatif penting ini merupakan kemajuan besar dalam upaya internasional untuk membangun pengembangan vaksin dan kapasitas produksi yang akan menempatkan Afrika di jalur penentuan nasib sendiri,” kata Ramaphosa.

Ramaphosa mengatakan, banyak orang di negara berkembang masih berjuang untuk mendapatkan akses vaksin Covid-19. Menurutnya, distribusi vaksin yang tidak adil menggambarkan bahwa negara-negara kaya memiliki kehidupan lebih berharga ketimbang kehidupan di negara miskin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement