REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Ada banyak peristiwa penting yang terjadi 200 tahun yang lalu. Pada 20 Juni 1800, pihak berwenang Prancis sempat menutup Masjid Al-Azhar.
Penutupan ini dilakukan setelah pembunuhan Jenderal Kléber di tangan Suleiman el-Halabi. Masjid tetap ditutup sampai Prancis meninggalkan Mesir.
Dilansir di Egypt Today, Senin (21/6), Masjid Al-Azhar adalah bangunan arsitektur artistik pertama yang dibangun oleh Fatimiyah. Fatimiyah adalah dinasti Islam yang memerintah Mesir, Afrika Utara dan sebagian Semenanjung Arab dari abad kesepuluh hingga kedua belas.
Konstruksi masjid dimulai pada 972 M, bertepatan dengan hari ketujuh Ramadhan. Menurut sebuah pernyataan oleh situs Egypt History, masjid ini mengalami renovasi 300 tahun kemudian.
Sebelum disebut 'Masjid Kairo,' Al-Azhar diberi nama sesuai putri Nabi Muhammad, Fatimah al-Zahraa. Sejarawan sebelumnya memperdebatkan alasan di balik keputusan dinasti Fatimiyah membangun masjid, sampai mereka kemudian mengkonfirmasi rumah ibadah itu digunakan untuk menyebarkan kepercayaan Syiah kepada masyarakat.
Masjid Al-Azhar kemudian diubah menjadi universitas di bawah kepemimpinan ulama senior Fatimiyah Al-Aziz Billah. Universitas tersebut mengikutsertakan 37 cendekiawan yang melaksanakan ajaran agama dan mengatur asrama untuk menampung mahasiswa.
Setelah beroperasi sebagai platform pendidikan, masjid Al-Azhar ditutup pada 1171 selama 100 tahun, di bawah naungan kekhalifahan Ayyubiyah. Kala itu orang Mesir mulai mengikuti dan mempraktikkan ajaran Sunni.
Masjid bersejarah itu kemudian dibuka kembali oleh Mamluk Sultan al-Zaher Baybars pada tahun 1266 untuk menggantikan praktik Syiah dengan Sunni. Al-Azhar pertama kali direnovasi setelah gempa bumi pada tahun 1302.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
