Senin 21 Jun 2021 00:15 WIB

Pakistan Kehilangan Sebagian Tempat Bertelur untuk Penyu

Penyu betina biasanya bertelur di pantai antara bulan Oktober dan Februari.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pakistan Kehilangan Sebagian Tempat Bertelur untuk Penyu (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Pakistan Kehilangan Sebagian Tempat Bertelur untuk Penyu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD -- Selama satu dekade terakhir, Pakistan telah kehilangan 25 persen sampai 30 persen tempat bertelur spesies penyu hijau yang terancam punah. Para ahli menyampaikan, penyebabnya antara lain polusi di wilayah perairan dan berkurangnya habitat alami.

Pejabat senior di bidang pelestarian satwa liar, Adnan Hamid, menyebutkan dua contoh lokasi pantai yakni Hawks Bay dan Sandspit. Keduanya telah lama menjadi tempat bersarang yang disukai penyu hijau langka karena sifat pantai yang berpasir.

"Kedua pantai tersebut merupakan salah satu dari 11 tempat bertelur penyu hijau terbesar di dunia. Namun, tempat itu telah hancur (sebagai tempat bersarang) terutama karena konstruksi yang tidak terkendali dalam beberapa tahun terakhir," ungkap Hamid.

Alasan lain termasuk meningkatnya polusi air dan sampah yang berserakan di pantai, berkurangnya habitat alami, dan penangkapan ikan yang ceroboh. Selain Hawks Bay dan Sandspit, penyu hijau juga ditemukan di pantai-pantai di barat daya provinsi Balochistan.

Penyu betina biasanya bertelur di pantai antara bulan Oktober dan Februari, kemudian butuh waktu 60 hari sampai telur menetas. Satwa itu bertelur dengan menggali lubang di pasir, tetapi karena ada begitu banyak plastik, mereka tidak bisa menggali dan menyerah.  

"Sebagian besar limbah padat yang tertinggal termasuk kantong plastik dan popok merupakan 'pembunuh' bagi penyu. Jika dikonsumsi, akan menyebabkan sesak napas dan akhirnya membunuh mereka," kata Hamid, dikutip dari laman Daily Times, Ahad (20/6).

Dia mempertanyakan mengapa situs laut Pakistan masih belum dinyatakan sebagai Kawasan Konservasi Laut. Hamid yang merupakan wakil konservator di Departemen Margasatwa Sindh dan timnya memperkirakan populasi penyu berdasarkan sarangnya.  

Menurut Hamid, sebagian besar pukat ikan di Pakistan tidak memiliki perangkat khusus yang memungkinkan penyu yang tak sengaja terjaring agar bisa melarikan diri ketika tertangkap di jaring nelayan. Itu disebutnya menjadi alasan lain penurunan populasi penyu. 

Naveed Soomro dari organisasi lingkungan globa International Union of Conservation (IUCN) setuju bahwa jumlah penyu hijau menurun dalam beberapa tahun terakhir, tetapi tidak terlalu besar. Sebaliknya, Muhammad Moazzam Khan, penasihat World Wide Fund for Nature (WWF) Karachi, meyakini populasi penyu meningkat.

Khan berargumen, tidak ada bukti yang mendukung persepsi umum tentang penurunan populasi penyu hijau. Menurut perkiraan lembaganya, justru ada peningkatan populasi penyu hijau sebanyak lima persen di Pakistan selama 10 tahun terakhir.

Tolok ukur yang digunakan di antaranya perubahan jaring ikan yang dipakai nelayan, ditambah dengan pelatihan nelayan. "Pada 2014, sekitar 28 ribu penyu terjaring nelayan, sedangkan pada akhir 2017 jumlahnya hanya ratusan. Itu semua karena perubahan jaring ikan," ujar Khan.

Selain penyu hijau, otoritas satwa liar telah menemukan empat spesies penyu lainnya di perairan laut Pakistan, yakni penyu lekang, penyu kulit belakang, penyu tempayan, dan penyu sisik. Selain populasi penyu lekang yang meningkat, belum ada catatan populasi tiga spesies lainnya.

 

Sumber: https://dailytimes.com.pk/775244/pakistan-losing-nesting-ground-for-sea-turtles/

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement