Jumat 18 Jun 2021 14:23 WIB

Indonesia Siap Ekspor Beras ke Arab Saudi

Ekspor beras ke Arab Saudi akan dilakukan oleh BUMN PT Sang Hyang Seri.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Indonesia akan mengekspor beras ke Arab Saudi. Foto: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) mengunjungi gudang beras.
Foto: kementan
Indonesia akan mengekspor beras ke Arab Saudi. Foto: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) mengunjungi gudang beras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia siap mengekspor beras ke Arab Saudi. Peluang ekspor tersebut tertuang dalam nota kesepahaman ekspor beras antara BUMN Klaster Pangan, PT Sang Hyang Seri (SHS) dan Al Batlah di Arab Saudi.

Penandatanganan kerja sama tersebut merupakan hasil fasilitasi Kementerian Perdagangan melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah bersama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, Arab Saudi.

Kepala ITPC Jeddah Muhammad Rivai Abbas menyampaikan, saat pasar global sedang lemah akibat pandemi, ITPC Jeddah mempersiapkan produk-produk Indonesia untuk diekspor ke Arab Saudi.

“Masa pandemi Covid-19 saat ini justru menjadi waktu yang tepat untuk mempersiapkan produk- produk Indonesia ke pasar Arab Saudi. Mudah-mudahan tahun depan jemaah umrah dan haji sudah bisa beribadah ke Arab Saudi, dan saat itu terjadi beras Indonesia sudah tersedia di sini," kata Rivai, dalam keterangan resminya, Jumat (18/6).

Ia mengatakan, kesiapan stok pangan dari Indonesia dapat memberikan kenyamanan beribadah saat jemaah dari Indonesia sudah kembali mengunjungi Arab Saudi. Menurut Rivai, beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia berdomisili di Arab Saudi ditambah jemaah haji dan umroh asal Indonesia yang kesehariannya mengonsumsi nasi, masuknya beras asal Indonesia ke Arab Saudi dalam kondisi pandemi ini merupakan prestasi yang membahagiakan.

Sementara itu, Konsulat Jenderal Jeddah, Eko Hartono mengatakan, ekspor beras ke Arab Saudi akan membantu memenuhi kebutuhan pokok jemaah haji dan umroh asal Indonesia. “Penandatanganan MoU ini adalah langkah yang sangat baik. Dengan beras di pasaran, kami berharap jemaah haji dan umroh bisa mengonsumsi makanan yang berasal dari Indonesia. Salah satu tantangan ekspor beras Indonesia ke Arab Saudi adalah penetapan harga. Semoga dengan kesepakatan harga dari SHS, Al Batlah bisa segera mengimpor dari Indonesia,” katanya.

Direktur Utama SHS, menyambut baik kerja sama ini dan sangat optimistis ekspor beras akan berjalan lancar. SHS memiliki lahan seluas 3.000 hektare dan lahan tambahan seluas 10.000 hektare yang mampu menghasilkan kurang lebih 25.000 ton beras per tahun.

SHS dan Al Batlah sepakat mempelajari profil bisnis dan melakukan studi bersama untuk merealisasikan berbagai kerja sama ekspor produk Indonesia selanjutnya. Pihaknya berharap dari ekspor beras tersebut berlanjut ke rencana jangka panjang yang membuka peluang ekspor produk-produk pertanian, terutama hortikultura dan berbagai kerja sama investasi dengan para pengusaha Arab Saudi di masa mendatang.

"Kami berkomitmen menjaga produksi beras baik dari sisi kualitas maupun kuantitas," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Komersial PT RNI (Persero), sebagai Ketua BUMN Klaster Pangan, Frans Tambunan berharap produk- produk pangan di luar beras akan segera menyusul ekspor ke Arab Saudi. Ia mengatakan, BUMN Indonesia memiliki beragam produk pangan yang potensial untuk pasar Arab Saudi seperti produk- produk hasil perikanan.

Muhammad Husein, Pimpinan Al Batlah menyatakan, akan mengawal tahap berikutnya yaitu menyiapkan draf untuk commercial agreement dan memantau pengiriman produk sebagai realisasi MoU. Menurutnya, MoU ekspor beras ini merupakan kerja sama awal untuk mengekspor berbagai komoditas andalan Indonesia ke pasar Arab Saudi seperti kakao dan rempah-rempah. “Kami berkomitmen untuk membeli produk beras Indonesia dan produk-produk Indonesia lainnya seperti kakao dan rempah-rempah selama kualitas dan harganya kompetitif,” ujar Husein.

Mengutip data TradeMap 2020, negara pengekspor beras terbesar ke Arab Saudi adalah India dengan nilai 1,1 miliar dolar AS. Selanjutnya diikuti Amerika Serikat senilai 120 juta dolar AS, Pakistan 105 juta dolar AS, dan Thailand 25 juta dolar AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement