Kamis 17 Jun 2021 22:51 WIB

BRIN Fokus Kerja Sama Riset Digital Green dan Blue Economy

BRIN membuka diri kerja sama global yang inklusif dan kolaboratif

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah pegawai memasuki Kantor Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) /Badan Riset dan Inovasi Nasional di Jakarta. Salah satu target utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah membuat BRIN menjadi platform untuk kerja sama global yang inklusif dan kolaboratif. Selain itu, BRIN juga akan memfokuskan kerja sama global yang berfokus pada digital economy, green economy dan blue economy.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Sejumlah pegawai memasuki Kantor Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) /Badan Riset dan Inovasi Nasional di Jakarta. Salah satu target utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah membuat BRIN menjadi platform untuk kerja sama global yang inklusif dan kolaboratif. Selain itu, BRIN juga akan memfokuskan kerja sama global yang berfokus pada digital economy, green economy dan blue economy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu target utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah membuat BRIN menjadi platform untuk kerja sama global yang inklusif dan kolaboratif. Selain itu, BRIN juga akan memfokuskan kerja sama global yang berfokus pada digital economy, green economy dan blue economy.

Terkait hal ini, BRIN membuka seluas-luasnya kesempatan tersebut kepada seluruh peneliti dari berbagai negara untuk berkolaborasi dengan peneliti Indonesia. Tentunya dengan berpedoman koridor Undang Undang Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

"Kolaborasi riset internasional esensinya adalah merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas output dan outcome dari penelitian di samping itu kita tetap berpedoman pada garis politik luar negeri bebas aktif," kata Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Ismunandar, dalam keterangannya, Rabu (16/6).

Untuk terus menyelaraskan arah dari target utama BRIN yang ingin menjadi wadah untuk kerja sama global yang inklusif dan kolaboratif dalam masa adaptasi baru ini, maka dituntut pula penyesuaian metode lain dalam aktivitas kolaborasi riset. Misalnya dalam pengambilan sampel yang biasa dilakukan di lapangan.

Peneliti asing dapat melakukan metode seperti remote research atau penelitian jarak jauh di mana pengambilan data primernya dilakukan oleh peneliti lokal yang berada di Indonesia. Sedangkan aktivitas analisis data dan termasuk sampel dapat dilaksanakan bersama-sama setelah dilakukan pertukaran data.

"Beberapa bidang penelitian sangat memungkinkan dilakukan secara remote research, seperti penelitian orangutan, namun tidak bagi penelitian (contohnya) antropologi dengan metode participant observation yang mengharuskan peneliti asing berbaur dengan responden dalam waktu yang relatif lama," kata Analis Kebijakan Ahli Madya, Sri Wahyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement