Kamis 17 Jun 2021 19:27 WIB

Kasus Covid-19 di Afghanistan Melonjak 2.400 Persen

Pandemi Covid-19 semakin tidak terkendali di Afghanistan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Seorang pasien terhubung ke tangki oksigen di Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, untuk COVID-19 pasien di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Media Afghanistan melaporkan minggu lalu bahwa beberapa pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit pemerintah karena kekurangan oksigen medis, meskipun pemerintah membantah laporan tersebut.
Foto: AP / Rahmat Gul
Seorang pasien terhubung ke tangki oksigen di Rumah Sakit Penyakit Menular Afghanistan-Jepang, untuk COVID-19 pasien di Kabul, Afghanistan, Kamis 18 Juni 2020. Media Afghanistan melaporkan minggu lalu bahwa beberapa pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit pemerintah karena kekurangan oksigen medis, meskipun pemerintah membantah laporan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Pandemi Covid-19 semakin tidak terkendali di Afghanistan dengan peningkatan kasus 2.400 persen dalam sebulan terakhir. Rumah sakit penuh dan sumber daya medis cepat habis.

Lebih dari sepertiga tes pekan lalu menunjukkan hasil positif, menurut Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Kamis (17/6). "Afghanistan berada di titik krisis dalam pertempuran untuk melawan Covid-19 karena tempat tidur rumah sakit penuh dengan kapasitas di Ibu Kota Kabul dan di banyak daerah," kata Nilab Mobarez, Penjabat Presiden Masyarakat Bulan Sabit Merah Afghanistan, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh ICRC.

Baca Juga

Lonjakan kasus memberikan tekanan yang kuat pada Afghanistan, di mana jutaan orang sudah hidup dalam kemiskinan dan sumber daya kesehatan yang langka. Otoritas kesehatan setempat pada Kamis mencatat 2.313 kasus positif dan rekor 101 kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Para pejabat dan ahli mengatakan pengujian rendah berarti angka resmi itu mungkin terlalu rendah. Sistem kesehatan Afghanistan yang rapuh telah dirusak oleh perang selama beberapa dekade.

Kekerasan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat pada September dan negosiasi damai antara pemerintah Afghanistan dan pemberontak Taliban sebagian besar terhenti.

Rumah sakit besar telah menutup pintu mereka pekan ini untuk pasien baru Covid-19 karena kekurangan tempat tidur dan kekurangan oksigen. ICRC memperingatkan bahwa kurangnya akses vaksin dan keraguan memperburuk situasi.

Kurang dari 0,5 persen warga Afghanistan telah divaksin lengkap. Sekitar 700 ribu dosis vaksin Sinopharm China tiba di negara itu pekan lalu, memungkinkan pihak berwenang untuk memulai putaran vaksinasi berikutnya.

ICRC bekerja dengan pihak berwenang Afghanistan untuk menyediakan lebih banyak sumber daya dan mencoba meningkatkan produksi oksigen medis, kata Necephor Mghendi, kepala Delegasi Negara Afghanistan untuk ICRC. "Lebih banyak dukungan internasional diperlukan untuk membantu memenangi pertarungan melawan virus ini, sehingga kami dapat menyelamatkan ribuan nyawa," kata Mghendi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement