Jumat 18 Jun 2021 00:02 WIB

Ini Komplikasi jika Megawati Memilih Puan Sebagai Capres

Berdasarkan survei Juni 2021, elektabilitas Puan baru di angka 2 persen.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Puan Maharani
Foto: dok pribadi
Puan Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam surveinya  menempatkan Ketua Umum PDIP sebagai salah satu king/queen maker PDIP pada pilpres 2024 mendatang. Sebagai tokoh kunci, Megawati akan dihadapkan sejumlah komplikasi jika memilih Puan sebagai calon presiden (capres).

"Ibu Mega sebagai queen maker tetap punya komplikasi untuk memilih apakah memilih Puan atau memilih Ganjar tetap ada komplikasi," kata peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, Kamis (17/6).

Adjie mengatakan, jika Megawati memilih Puan yang maju sebagai capres dalam pilpres, maka PDIP berisiko akan dikalahkan dengan capres lain. Sebab berdasarkan survei Juni 2021, elektabilitas Puan baru di angka 2 persen.

"Hal ini bisa berubah kalau H-1 tahun, kurang lebih Januari Februari 2023, kalau kemudian elektabilitas Puan Maharani di atas 25 persen maka kondisinya bisa berubah. Artinya Mbak Puan punya peluang untuk menjadi capres yang kuat yang diusung PDIP," ujarnya.

Sementara itu jika PDIP dan Gerindra bersepakat berkoalisi, maka PDIP memberikan panggung bagi Gerindra menjadi partai terbesar dalam pemilu serentak. Padahal, selama 10 tahun ini, PDIP merupakan partai penguasa. 

"Jadi ini komplikasi kedua kalau PDIP memutuskan memajukan Puan sebagai cawapres dan Prabowo sebagai capres," ungkapnya.

Komplikasi ketiga, kalau simulasinya Puan sebagai cawapres dan Anies Baswedan sebagai capres, maka PDIP akan ada kesepakatan bahwa capres di luar PDIP harus menjadi anggota partai PDIP. 

"Belum tentu elit PDIP menerima jika capres tersebut berlainan ideologi," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement