Kamis 17 Jun 2021 13:57 WIB

Anak Terlalu Banyak Konsumsi Gula? Waspada Efek Sampingnya

Hasil studi temukan gambaran mengenai dampak gula terhadap anak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Hasil studi temukan gambaran mengenai dampak gula terhadap anak.
Foto: Piqsels
Hasil studi temukan gambaran mengenai dampak gula terhadap anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi gula berlebih telah diketahui dapat membawa beragam dampak buruk bagi kesehatan di kemudian hari. Namun pada anak, asupan gula berlebih bisa memberikan dampak lebih cepat bagi perkembangan mereka.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi pada hewan yang dilakukan oleh peneliti dari Queensland University of Technology (QUT) dalam jurnal Frontiers in Neuroscience. Meski dilakukan pada hewan, hasil studi ini dapat memberikan gambaran mengenai dampak gula terhadap anak.

Baca Juga

Dalam studi, hewan coba tikus diberikan asupan sukrosa atau gula pasir setiap hari. Tikus yang mendapatkan asupan sukrosa lebih sedikit memiliki risiko yang lebih kecil terhadap penambahan berat badan dan masalah kesehatan lainnya.

Hasil studi menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih dapat membuat anak menjadi lebih berisiko terhadap obesitas dan hiperaktif. Anak juga memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami gangguan kognitif di masa dewasa.

Menurut American Heart Association (AHA), laki-laki dewasa dianjurkan untuk tidak mengonsumsi gula tambahan lebih dari 9 sendok teh atau sekitar 36 gram per hari. Pada perempuan dewasa, batas yang dianjurkan adalah kurang dari 6 sendok teh atau 25 gram gula tambahan per hari.

AHA juga mengeluarkan rekomendasi untuk kelompok anak. Menurut anjuran tersebut, anak sebaiknya mengonsumsi kurang dari 6 sendok teh gula per hari untuk menjaga kesehatan jantung.

Meski sudah ada anjuran seperti ini, fakta menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak, remaja, hingga orang dewasa yang mengonsumsi gula tambahan secara berlebih. Menurut ahli neurosains QUT Profesor Selena Bartlett, anak-anak, remaja, dan orang dewasa di lebih dari 60 negara biasa mengonsumsi hampir 100 gram gula tambahan per hari.

Profesor Bartlett sejauh ini belum diketahui seperti apa dampak jangka panjang dari konsumsi gula berlebih yang dimulai dari masa anak terhadap proses kognitif dan hiperaktivitas. Studi terbaru yang dilakukan pada hewan coba tikus ini dinilai telah memberikan hasil yang menjanjikan.

Dalam studi ini, Profesor Bartlett dan tim memberikan asupan gula sejak tikus berusia lima pekan dalam periode selama 12 pekan. Hasilnya, para tikus tersebut mengalami kenaikan berat badan dan menunjukkan stimulasi sistem saraf yang abnormal dan berlebih di akhir studi.

Data ini menunjukkan bahwa obesitas yang dipicu asupan gula berlebih dapat berperan dalam terjadinya patogenesis gejala seperti ADHD. Pada anak, konsumsi gula yang tinggi berkaitan dengan hiperaktivitas. Sedangkan pada orang dewasa, asupan gula berlebih berkaitan dengan impulsivitas dan mudah teralihkan perhatiannya.

"Yang masih belum jelas adalah, apakah konsumsi sukrosa berlebih kronis (jangka panjang) yang dimulai sejak masa kanak-kanak akan memberikan dampak negatif yang sama pada sistem saraf, emosi, atau kognisi di masa dewasa sebagaimana obat adiktif lain," jelas Profesor Bartlett, seperti dilansir EatThis, Kamis (17/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement