Kamis 17 Jun 2021 12:31 WIB

Ini Penyebab Passion Covid-19 Membludak

Sebagian besar pasien yang masuk belum divaksin.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Subarkah
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir warga saat uji usap PCR di UPT Puskesmas Tamblong, Kota Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir warga saat uji usap PCR di UPT Puskesmas Tamblong, Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan alasan pasien Covid-19 Wisma Atlet membeludak. Berdasarkan laporan rumah sakit, sebagian besar pasien yang masuk belum divaksin.

"Sebanyak 83 persen pasien masuk belum divaksin, sisanya sudah divaksin. Sebagian besar baru dosis pertama," kata Maxi dalam acara Pembukaan Program Vaksinasi Gotong Royong Danone Indonesia, Kamis (17/6).

Karena itu, Maxi menyebut  penurunan jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 menjadi sangat berarti, termasuk penurunan total kematian Covid-19. Dia mengingatkan agar masyarakat terus mematuhi aturan pemerintah dan menjaga prosedur kesehatan. 

Terlebih hingga saat ini, Indonesia tengah menyoroti tiga varian virus korona yang berasal dari luar. Yakni varian Alfa dari Inggris, varian Beta dari Afrika, dan Delta dari India.

 

"Varian baru sudah masuk Indonesia. Apalagi yang varian delta dari India sangat responsif penularannya," ujar dia. Diketahui varian Delta sudah memasuki daerah Kudus, Bangkalan, dan DKI Jakarta. Namun, yang paling banyak jumlah penyebarannya di Kudus.

"Jadi kita semua, masyarakat Indonesia jangan lengah. Tetap harus menerapkan prosedur kesehatan," tambah dia.

Per Rabu (16/6) diketahui pasien terinfeksi Covid-19 sebanyak 9.944 orang. Sehingga total jumlah pasien yang terpapar Covid-19 menjadi 1.937.652. Untuk penambahan kasus sembuh ada 6.229 orang dan total jumlah pasien sembuh 1.763.870 orang. Sedangkan jumlah pasien yang meninggal 196 orang dan jumlah angka kematian mencapai 53.476 orang.

Zona merah di Kudus terus bertambah

Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang masuk kategori zona merah semakin bertambah. Kini, jumlahnya mencapai 84 desa (sebelumnya 60 desa), menyusul mitemukannya banyak kasus penyebaran Covid-19.

"Desa yang masuk kategori zona merah tersebar di sembilan kecamatan dengan jumlah desa di masing-masing kecamatan bervariasi," kata Juru Bicara Tim Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kudus, Andini Aridewi, di Kudus, Kamis (17/6).

Dia mencatat dari sembilan kecamatan, terbanyak di Kecamatan Kota ada 16 desa zona merah, kemudian disusul Kecamatan Jati terdapat 10 desa zona merah. Sementara, jumlah desa zona merah paling sedikit ada di Kecamatan Mejobo ada enam desa, sedangkan kecamatan lainnya antara delapan hingga sembilan desa.

Periode sebelumnya, jumlah desa zona merah terbanyak berada di Kecamatan Jekulo dengan 11 desa zona merah, namun saat ini berkurang menjadi delapan desa. Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro di desa diharapkan juga dioptimalkan untuk menekan angka kasus Covid-19. Pemerintah desa juga dipersilakan melakukan penutupan lokal tingkat rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) untuk membatasi aktivitas warganya demi memutus mata rantai penularan virus corona.

Kepala Desa Tumpangkrasak, Sarjoko Saputro, mengakui desanya masuk kategori zona merah. Akan tetapi sejak dua hari terakhir tidak ada penambahan kasus dari sebelumnya ada 20 kasus.

Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 15 orang sudah hampir selesai masa isolasi mandirinya dan lima kasus ada yang sudah memasuki hari ke sembilan masa isolasinya karena semuanya tanpa gejala. Dalam rangka menekan angka kasus Covid-19, selain memaksimalkan PPKM mikro, keberadaan jogo tonggo juga dioptimalkan untuk turut mengedukasi warganya melalui ketua RT dan RW tentang pentingnya protokol kesehatan yang benar.

"Sejauh ini hasilnya memang bagus karena kesadaran warga, terutama memakai masker saat keluar rumah sudah meningkat. Mudah-mudahan ke depannya tidak ada penambahan kasus baru," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement