Rabu 16 Jun 2021 21:10 WIB

Tiga Strategi Satgas untuk Kendalikan Lonjakan Covid-19

Satgas telah memprediksi dan menyiapkan strategi kendalikan lonjakan Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati  / Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menerapkan tiga strategi untuk mengendalikan lonjakan kasus Covid-10 sejak beberapa pekan terakhir. Satgas mengatakan lonjakan kasus Covid-19 adalah efek libur panjang lebaran.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi, mengatakan pihaknya telah memperkirakan kalau kenaikan kasus Covid-19 ini terjadi lagi. Sebab, dugaan ini berkaca dari pengalaman empat kali libur panjang di 2020 yang selalu menimbulkan lonjakan kasus Covid-19.

Baca Juga

"Padahal, pemerintah sudah membuat kebijakan meniadakan atau melarang mudik tetapi setiap mobilitas yang tidak dikendalikan maka pasti kasus Covid-19 naik lagi. Oleh karena itu, kami melakukan tiga strategi," katanya saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Update RSDC Wisma Atlet: Patuhi Protokol Kesehatan Kunci Putus Rantai Penularan, Rabu (16/6).

Ia menjelaskan, strategi pertama adalah menegakkan protokol kesehatan (prokes). Menurutnya, pengetahuan mengenai prokes ini sudah ada tetapi pihaknya minta pemerintsh daerah betul-betul memastikan tidak lagi ada kerumunan, masyarakat menggunakan masker, mencuci tangan, hingga kenjaga jarak. 

Kedua adalah strategi membatasi mobilitas. Ia menambahkan, mobilitas harus diperketat karena terbukti peningkatan pergerakan diikuti dengan penurunan kepatuhan prokes dan selalu diikuti oleh kenaikan kasus Covid-19. Kemudian, ia menyebutkan strategi ketiga ataubterakhir adalah membatasi aktivitas.

"Makanya kemarin Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) memutuskan bahwa di wilayah zona merah maka kerja dari rumah (WFH) 75 persen dan kerja dari kantor (WFO) 25 persen supaya bisa mengendalikan kasus. Kalau tidak, ditambah berapapun fasilitas kesehatannya tidak akan cukup," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement