Rabu 16 Jun 2021 09:51 WIB

Pemerintah Telusuri Kemunculan Varian Delta di Indonesia

Varian Delta Covid-19 banyak ditemukan menyebar di Kudus dan Bangkalan.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengemukakan otoritas terkait masih melakukan penelusuran asal mula kemunculan varian Delta (B 1617.2) yang banyak ditemukan menyebar di daerah Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Jawa Timur.

"Sejauh ini, penelusuran terkait asal datangnya virus tersebut masih terus dilakukan agar dapat diketahui dari mana asalnya," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (16/6).

Dia mengatakan untuk memetakan persebaran virus ini, penelitian masih dilakukan melalui metode Whole Genome Sequencing (WGS) atau surveilans, meski belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

"Penelitian memerlukan WGS atau sampel yang jumlahnya lebih besar. Suatu saat nanti, kita bisa menelusuri dari mana virus tersebut berasal, dari mana masuknya dan menyebar ke mana saja," kata Wiku.

Dia mengatakan, varian baru dari suatu virus muncul karena upaya virus untuk bertahan hidup. Proses mutasinyaakan berlangsung terus-menerus apabila potensi penularan tersedia.

Oleh karena itu, sambung dia, jika penularan masih terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat, peluang virus untuk bermutasi masih ada. Terkait dengan vaksin yang diberikan kepada masyarakat saat ini, Wiku memastikan memiliki efektivitas tinggi karena efikasinya di atas 50 persen untuk melindungi warga dari penularan virus.

Meski demikian, kata Wiku, penelitian lebih lanjut terkait dengan hal ini masih terus dilakukan, untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan adalah vaksin yang efektif. "Vaksinasi yang dilakukan harus betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif atau herd immunity dari masyarakat yang diberi vaksin," kata Wiku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement