Rabu 16 Jun 2021 01:25 WIB

Vaksin Terbukti Mampu Lindungi Diri dari Mutasi Covid-19

Penelitian menyebut tidak ada vaksin yang tak efektif menangkal mutasi virus Covid-19

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 AstraZeneca saat vaksinasi massal di GOR UNY, Yogyakarta, Selasa (15/6).Penelitian menyebut tidak ada vaksin yang tak efektif menangkal mutasi virus Covid-19
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 AstraZeneca saat vaksinasi massal di GOR UNY, Yogyakarta, Selasa (15/6).Penelitian menyebut tidak ada vaksin yang tak efektif menangkal mutasi virus Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 belum berakhir sehingga untuk menekan kasus yang terus bertambah, pemberian vaksin terus dilakukan. Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat mengurangi jumlah kasus infeksi Covid-19 yang sudah mulai bermutasi di beberapa negara termasuk mutasi yang sudah masuk ke Indonesia.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Bidang Penelitian Fundamental Herawati Sudoyo mengatakan bahwa sebagian besar produsen vaksin Covid-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70 persen. Hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun vaksin Covid-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus Covid-19.

“Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin COVID-19 melawan mutasi virus COVID-19 ini. Namun hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 itu sendiri,” kata Herawati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (15/6).

Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, Herawati mendorong  para Ilmuwan untuk perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah. “Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi COVID-19, misalnya hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data,” ungkap Prof Herawati.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement