Senin 14 Jun 2021 03:21 WIB

Menakar Akurasi Kerja Anjing Pelacak Covid-19

Hidung anjing disebut sebagai pendeteksi Covid-19 yang hebat menurut penelitian

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Christiyaningsih
 Petugas polisi mengelus anjing pelacak COVID-19 mereka setelah demonstrasi kepada pers di Bandara Internasional Arturo Merino Benítez di Santiago, Chili, Senin, 21 Desember 2020.
Foto: AP/Esteban Felix
Petugas polisi mengelus anjing pelacak COVID-19 mereka setelah demonstrasi kepada pers di Bandara Internasional Arturo Merino Benítez di Santiago, Chili, Senin, 21 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidung anjing disebut sebagai pendeteksi Covid-19 yang hebat, menurut banyak penelitian. Bahkan anjing pelacak Covid-19 sudah mulai digunakan di bandara dan pertandingan bola basket klub Miami Heat.

Namun, beberapa ahli kesehatan dan pelatih anjing mengatakan harus lebih banyak informasi dan perencanaan diperlukan untuk hal tersebut demi memastikan keakuratannya dalam penggunaannya nanti. “Tidak ada standar nasional," ujar Direktur Pusat Anjing Penn Vet di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Pennsylvania, Cynthia M. Otto dilansir The Indian Express dari The New York Times, Ahad (13/6).

Baca Juga

Meskipun sejumlah kelompok mengesahkan anjing pelacak narkoba, bom, dan sebagai penyelamat, tetapi untuk deteksi medis tidak ada. Hal tersebut berdasarkan makalah baru dalam jurnal Disaster Medicine and Public Health Preparedness.

Lois Privor-Dumm, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Johns Hopkins, mengatakan tidak diragukan lagi bahwa anjing memiliki potensi besar di bidang medis. Namun, ia ingin mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana mereka bisa dikerahkan dalam skala besar, seperti oleh pemerintah.

Deteksi aroma medis disebutnya lebih rumit ketimbang obat atau bom. Seekor anjing yang bekerja di bandara untuk mendeteksi obat-obatan atau bahan peledak memiliki konteks yang konsisten dan bau target yang cukup jelas.  

Dalam deteksi Covid-19, peneliti mengetahui anjing dapat membedakan keringat atau urin orang yang terinfeksi. Namun, mereka tidak tahu bahan kimia apa yang diidentifikasi anjing itu.

Di samping itu, banyak kondisi medis yang mirip dengan Covid-19 seperti demam. Jadi subjek manusia yang digunakan dalam melatih anjing dalam mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19 harus mencakup banyak orang yang negatif

"Jika anjing mengira flu sebagai Covid, itu jelas akan menjadi kesalahan yang krusial," ujar Otto.

Setiap kasus positif Covid-19 yang dideteksi anjing haruslah dikonfirmasi dengan tes PCR. Meskipun dalam sebuah tinjauan penelitian yang diterbitkan pekan lalu menyimpulkan bahwa anjing tampil lebih baik daripada tes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement