Sabtu 12 Jun 2021 15:56 WIB

Jadikan Hong Kong Pion Geopolitik, Musuh Nyata China

Banyak pihak mengkhawatirkan demokrasi Hong Kong yang luntur di bawah China.

Petugas polisi berjaga di Hong Kong Victoria Park, Jumat, 4 Juni 2021, di mana orang-orang berkumpul di tahun-tahun sebelumnya selama nyala lilin untuk menandai peringatan penumpasan militer 1989 terhadap gerakan mahasiswa pro-demokrasi di Beijing, di Hong Kong.
Foto: AP/Vincent Yu
Petugas polisi berjaga di Hong Kong Victoria Park, Jumat, 4 Juni 2021, di mana orang-orang berkumpul di tahun-tahun sebelumnya selama nyala lilin untuk menandai peringatan penumpasan militer 1989 terhadap gerakan mahasiswa pro-demokrasi di Beijing, di Hong Kong.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Perwakilan utama pemerintah China di Hong Kong mengatakan pada Sabtu orang-orang yang mencoba mengubah kota itu menjadi 'pion dalam geopolitik' adalah musuh nyata. Beijing akan menjadi pembela sejati status khusus kota itu.

Luo Huining, direktur Kantor Penghubung Hong Kong untuk China, mengatakan kepada sebuah forum bahwa pusat keuangan itu, bekas koloni Inggris yang diserahkan ke China pada 1997, tetap menjadi salah satu ekonomi paling kompetitif di dunia.

Baca Juga

"Mereka yang mencoba mengubah Hong Kong menjadi pion dalam geopolitik, alat untuk mengekang China, serta jembatan untuk menyusup ke daratan, sedang menghancurkan fondasi satu negara, dua sistem," kata Luo seperti dilaporkan South China Morning Post, Sabtu.

Pola satu negara, dua sistem merujuk pada formula yang disepakati dengan Inggris. Pemerintahan di London menyerahkan kota itu kembali yang bertujuan untuk melestarikan kebebasan dan perannya sebagai pusat keuangan."Mereka adalah musuh nyata kemakmuran dan stabilitas Hong Kong," katanya.

Luo mengatakan Partai Komunis yang berkuasa adalah pencipta, pemimpin, pelaksana dan pembela satu negara, dua sistem. Terlepas dari jaminan seperti itu, banyak penduduk Hong Kong selama beberapa tahun terakhir menjadi khawatir tentang apa yang mereka lihat sebagai upaya Beijing untuk membatasi kebebasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement