Sabtu 12 Jun 2021 10:08 WIB

Wartawan cum Sastrawan Luncurkan Buku Revolusi Nuklir

Eko buat buku untuk melanjutkan jihad literasi agar kobaran api sastra tetap menyala.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Buku karya Eko Darmoko berjudul Revolusi Nuklir.
Foto: Dok
Buku karya Eko Darmoko berjudul Revolusi Nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wartawan cum sastrawan muda asal Kota Surabaya, Eko Darmoko meluncurkan buku berjudul Revolusi Nuklir pada awal Juni 2021. Buku ini merupakan kumpulan dari cerita pendek (cerpen) yang pernah dibuat Eko.

Alumnus Universitas Airlangga (Unair) yang aktif menulis di berbagai media nasional tersebut menuturkan, buku terbarunya menyajikan 22 cerpen dengan semangat petualangan tanpa batas.

"Artinya, petualangan tidak melulu menjejaki wilayah geografis, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, petualangan bisa membuka peluang untuk menembus waktu ke masa depan," kata Eko yang juga salah satu wartawan yang bertugas di ibu kota Provinsi Jawa Timur (Jatim) tersebut.

Cerpen yang diterbitkan oleh Penerbit Basabasi tersebut menampilkan tulisan yang lebih bergairah dan hidup dalam alam pikiran pembacanya. Hal itu lantaran Eko menyajikan rajutan kalimat yang bebas.

"Benang merah dari satu cerpen ke cerpen lainnya sangat kental terasa, petualangan ilmu pengetahuan, perjalanan fisik, realisme dalam kehidupan sehari-hari, hingga kisah cinta yang janggal menjadi adonan lengkap dalam buku ini," kata Bonekmania ini.

Eko berharap, terbitnya kumpulan cerpen itu bisa memicu tumbuhnya sastrawan muda yang mampu unjuk gigi di gelanggang penerbitan, tak hanya skala lokal, melainkan juga nasional. Target jangka panjangnya, tentu saja Eko ingin membuat perjalanan sastra Indonesia terus menggeliat.

"Kami dari penulis atau sastrawan muda ingin melanjutkan jihad literasi para pendahulu kami, serta menjaga agar kobaran api sastra Indonesia tetap menyala," ucap Eko.

"Dan kami berterima kasih kepada Penerbit Basabasi yang turut andil dalam menjaga tradisi penerbitan karya-karya sastra, khususnya dari kalangan sastrawan muda," katanya menambahkan.

Bagi Eko, Revolusi Nuklir merupakan buku karya keduanya. Buku pertama yang sudah terbit, yaitu Ladang Pembantaian keluaran Penerbit Pagan Press pada 2015.

"Petualangan kan kodrat setiap manusia. Ia lahir, tumbuh, berkembang di masyarakat, lalu meninggal dunia, itu kan sebuah petualangan," kata Eko menjelaskan ketertarikan terhadap tema petualangan dalam berkarya.

Disentil soal pemberian judul Revolusi Nuklir bagi kumpulan cerpen buatannya, Eko memilih menjawab diplomatis. Dia menyebut, judul itu bisa mewakili keseluruhan makna dalam karyanya.

"Revolusi Nuklir adalah ujung pengembaraan manusia sebagai upaya melawan kodrat. Selain itu, saya menginginkan judul yang terdengar aneh dan menimbulkan tanda tanya di kepala pembaca, tapi mudah diingat. Itulah alasan saya menjadikan Revolusi Nuklir sebagai judul buku ini," kata Eko menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement