Jumat 11 Jun 2021 21:55 WIB

G7 akan Donasi 1 Miliar Dosis Vaksin Covid ke Negara Miskin

Fokus utama pembicaraan negara-negara G7 adalah pandemi Covid-19

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, tengah, melambaikan tangan saat tiba menjelang pertemuan G7 di bandara Cornwall di Newquay, Cornwall, Inggris, Kamis, 10 Juni 2021. Para pemimpin dan tamu G7 akan bertemu di resor Cornish di Carbis Bay mulai Jumat , 11 Juni 2021.
Foto: AP/Alberto Pezzali/Pool AP
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, tengah, melambaikan tangan saat tiba menjelang pertemuan G7 di bandara Cornwall di Newquay, Cornwall, Inggris, Kamis, 10 Juni 2021. Para pemimpin dan tamu G7 akan bertemu di resor Cornish di Carbis Bay mulai Jumat , 11 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Para pemimpin yang tergabung dalam Kelompok Tujuh (G7) bertemu untuk pertama kalinya dalam dua tahun di London, Inggris, Jumat (11/6) waktu setempat. Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan kesepakatan untuk menyumbangkan satu miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin.

Sebelum KTT diselenggarakan, Presiden Amerika Serikat (AS) yang tergabung dalam G7 berjanji akan menyumbangkan 500 juta vaksin Pfizer ke negara-negara berkembang dan miskin. Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris juga akan memberikan setidaknya 100 juta kelebihan vaksin ke negara-negara termiskin. Johnson juga meminta para pemimpin G7 berkomitmen memvaksinasi seluruh negara di dunia pada akhir 2022.

Baca Juga

"Sebagai hasil dari keberhasilan program vaksin Inggris, kami sekarang berada dalam posisi untuk membagikan sebagian dosis berlebih kami kepada mereka yang membutuhkannya," kata Johnson menurut kutipan pengumuman yang dirilis oleh kantornya, Jumat (11/6).

"Dengan melakukan itu, kami akan mengambil langkah besar mengalahkan pandemi ini untuk selamanya," ujarnya menambahkan.

Pandemi Covid-19 telah menewaskan sekitar 3,9 juta orang  di seluruh dunia. Pandemi juga meluluhlantakkan ekonomi global. Infeksi dilaporkan di lebih dari 210 negara dan wilayah sejak kasus pertama diidentifikasi di China pada Desember 2019.

Fokus utama pembicaraan negara-negara G7 adalah pandemi Covid-19. Sementara para ilmuwan menilai pandemi akan berakhir setelah semua negara berhasil memvaksin seluruh warganya.

Dengan populasi global mendekati delapan miliar, dan kebanyakan membutuhkan dua dosis, para pemimpin negara-negara di dunia khususnya negara kaya (G7) dinilai perlu melangkah lebih jauh dan lebih cepat. Kendati demikian inisiatif ini juga menuai kritikan.

"Jika tindakan terbaik yang bisa dilakukan G7 adalah menyumbangkan satu miliar dosis vaksin, maka KTT ini akan gagal," kata manajer kebijakan kesehatan Oxfam Anna Marriott.

Dia mengatakan dunia akan membutuhkan 11 miliar dosis untuk mengakhiri pandemi. Oxfam juga meminta para pemimpin G7 untuk mendukung pengabaian kekayaan intelektual di balik vaksin.

"Kehidupan jutaan orang di negara berkembang tidak boleh bergantung pada niat baik negara kaya dan perusahaan farmasi yang haus keuntungan," kata Marriott.

Dari 100 juta suntikan Inggris misalnya, 80 juta akan disumbangkan ke program COVAX yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sementara sisanya akan dibagikan secara bilateral dengan negara-negara yang membutuhkan.

Johnson juga menegur Biden untuk menyerukan rekan-rekan pemimpinnya dalam membuat janji serupa dan bagi perusahaan farmasi untuk mengadopsi model Oxford-AstraZeneca dalam menyediakan vaksin dengan biaya selama pandemi.

Membiarkan negara-negara miskin untuk menangani pandemi sendirian akan berisiko memungkinkan virus bermutasi lebih lanjut. Badan amal juga pernah mengatakan dukungan logistik akan diperlukan untuk membantu mengelola sejumlah besar vaksin di negara-negara miskin.

Dosis Inggris akan diambil dari stok yang telah dibeli untuk program domestiknya. Vaksin akan datang dari pemasok Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Johnson & Johnson, Moderna, dan lainnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement