Kamis 10 Jun 2021 21:00 WIB

Jangan Buang Minyak Jelantah Sembarangan

Membuang minyak jelantah sembarangan dapat berdampak buruk bagi lingkungan.

Seorang pekerja mengumpulkan minyak jelantah yang diperoleh dari sejumlah hotel dan restoran di Bali untuk diproses menjadi bahan bakar minyak (BBM) biosolar di Denpasar, Bali, Selasa (11/11).
Foto: Antara
Seorang pekerja mengumpulkan minyak jelantah yang diperoleh dari sejumlah hotel dan restoran di Bali untuk diproses menjadi bahan bakar minyak (BBM) biosolar di Denpasar, Bali, Selasa (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak goreng bekas yang sering disebut jelantah pernah menjadi masalah serius di sebuah pemukiman padat penduduk bernama Cilincing di Jakarta Utara. Warga membuang limbah itu sembarangan ke perkarangan rumah dan saluran air, sehingga menimbulkan aroma anyir serta serangan lalat yang mencerminkan aura kumuh lingkungan tempat tinggal.

Awal 2020, ketika banjir besar merendam sebagian daratan di Jakarta termasuk Cilincing, tumpahan minyak jelantah yang dulu dibuang sembarangan menyeruak ke permukaan terbawa arus banjir. "Minyak jelantah yang sudah lama dibuang bentuknya keras seperti lemak sapi berwarna kuning pucat mengambang di air banjir," kata petugas operasional Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara Samsudin saat ditemui di Jakarta, awal Juni 2021.

Baca Juga

Dia menambahkan kegiatan membuang minyak jelantah sembarangan dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Sebab, minyak sulit diurai oleh mikroorganisme tanah.

Bak gayung bersambut, ketika warga sedang kebingungan mencari cara untuk menangani limbah minyak goreng bekas, pemerintah setempat yang bekerja sama dengan lembaga nonprofit Rumah Sosial Kutub mencanangkan program sedekah minyak jelantah. Program itu mengedukasi warga agar tak lagi membuang limbah minyak goreng bekas ke perkarangan dan saluran air. Limbah minyak goreng bekas itu mesti dikumpulkan dalam wadah penampungan berupa jerigen atau botol.

 

"Warga menyambut gembira program itu karena mereka tak lagi bingung menangani limbah minyak jelantah," tutur koordinator pengumpulan minyak jelantah Nakri.

Pria paruh baya ini menyampaikan jadwal pengumpulan minyak jelantah di kawasan tempat tinggalnya dilakukan setiap Jumat pagi mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Namun, sehari sebelumnya para ibu-ibu pengurus RT, RW, PKK, dan kelompok Dasawisma akan mendatangi setiap rumah warga untuk mengambil minyak jelantah.

Selama satu pekan, minyak jelantah yang dihasilkan setiap keluarga sekitar satu botol air mineral ukuran 600 mililiter. Sedangkan minyak jelantah yang dihasilkan warung makan bisa mencapai satu dirigen. Berkat program sedekah minyak jelantah tersebut lingkungan di Cilincing kini lebih bersih karena tidak ada lagi bau anyir dan minyak beku di perkarangan maupun saluran air.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement