Kamis 10 Jun 2021 18:20 WIB

Penyekatan Suramadu Disebut Langkah Tepat Tekan Peningkatan

Lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan dapat berpengaruh ke Kota Surabaya.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto
Polisi memberhentikan kendaraan untuk diperiksa saat penyekatan akses masuk Jembatan Suramadu.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Polisi memberhentikan kendaraan untuk diperiksa saat penyekatan akses masuk Jembatan Suramadu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pembina Pengurus Daerah Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Jatim Estiningtyas Nugraheni menilai, penyekatan di Jembatan Suramadu merupakan langkah efektif dalam upaya menekan laju penyebaran Covid-19, setelah terjadinya lonjakan di Bangkalan, Madura. Sebab, kata dia, lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan dapat berpengaruh terhadap kondisi di Kota Surabaya.

Pengaruh itu, kata dia, bisa dilihat dari tingkat keterisian rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) di beberapa rumah sakit yang mengalami peningkatan. "Jumlah positif naik dari data yang terpublish sudah ketahuan. Penghuninya Hotel Asrama Haji, Rumah Sakit Lapangan, itu kan naik," kata Esti di Surabaya, Kamis (10/6).

Esti mengatakan, dua pekan setelah lebaran Idul Fitri, kasus Covid-19 di Surabaya memang mencatatkan kenaikan. Tapi, persentase kenaikan ini dinilainya masih di bawah 30 persen. Beda cerita setelah terjadinya peningkatan kasus di Bangkalan, dimana kenaikan di Surabaya dinilainya lebih signifikan.

"Saat minggu ketiga (setelah lebaran) adanya kasus di tetangga (Bangkalan), naiknya (Surabaya) sampai di atas 50. Berarti kan secara kasat mata saja sudah signifikan," ujarnya.

Menurut Esti, faktor lain yang memengaruhi adanya penambahan kasus ini karena memang tingginya mobilitas masyarakat di Kota Pahlawan. Dimana banyak warga luar daerah yang setiap harinya bekerja di Surabaya. Termasuk warga Bangkalan, yang biasa hilir mudik melalui Jembatan Suramadu.

Karena itu, Esti sangat setuju ketika Satgas Covid-19 Surabaya mulai menerapkan screening di kaki Jembatan Suramadu maupun di Dermaga Ujung, Tanjung Perak. Sebab, tidak mungkin apabila akses masuk ke Surabaya ini ditutup secara total untuk mencegah laju penyebaran Covid-19.

"Surabaya kalau ditutup banget (total) tidak bisa. Karena banyak pegawai yang dari luar Surabaya. Karena itu (masuk Surabaya) harus pakai swab, tracing harus. Makanya, sekarang ini, kita kerja keras lagi dan kita berupaya meminimalisir agar tidak naik," kata dia.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, selain menerapkan penyekatan di Jembatan Suramadu, pihaknya juga melakukan swab hunter di Kota Surabaya. Ikhtiar yang dilakukan ini sebagai langkah deteksi dini dan mencegah laju penularan Covid-19 di Surabaya.

"Swab massal dan swab hunter di Kota Surabaya, baik di pemukiman, keramaian, dan yang kemungkinan ada lonjakan sudah dilakukan. Hari ini concern di dalam kota. Jadi kasus di dalam (Surabaya) jangan sampai meningkat," kata Eri.

Eri juga meminta masyarakat agar turut serta mendukung kerja keras yang dilakukan Satgas Covid-19 Surabaya. Salah satunya adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan Yakni, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

"Saya minta warga waspada, 5M dijalankan agar bisa maksimal. Saya berharap semua warga Surabaya supaya bisa jaga diri lewat 5M Prokes," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement