Kamis 10 Jun 2021 13:25 WIB

Mencari Pemimpin Terbaik untuk 2024, Siapa?  

Saatnya edukasi umat Islam memilih berdasarkan track record bukan pencitraan

Saatnya edukasi umat Islam memilih berdasarkan track record bukan pencitraan. Ilustrasi Pilpres
Foto:

Keadaan semacam ini tentu memprihatinkan. Saatnya insaf nasional. Penting untuk melakukan revolusi cara memilih. Caranya? Mengedukasi pemilih untuk menggunakan rasionalitasnya dalam menentukan setiap pilihan, baik di pilkada, pileg maupun pilpres.  

Seorang calon pemimpin, atau pejabat apapun di tingkat elit, mulai DPR, kepala daerah hingga presiden, mesti dipilih berdasarkan track recordnya. Ini prinsip dan harga mati, jika kita memang ingin punya pemimpin negarawan yang bekerja untuk rakyat, bukan untuk pribadi, kelompok atau partainya.  

Pertama yang perlu diperhatikan adalah integritas calon pemimpin. Punya kasus hukum tidak? Terutama terkait dengan masalah korupsi. Kalau namanya pernah disebut oleh terdakwa di persidangan, ini orang tidak layak dipilih jadi pemimpin. Apalagi kalau pernah terima uang korupsi, meski telah dikembalikan. 

Kedua, perhatikan kapasitasnya. Ini bisa dilihat dari prestasinya. Pernah menjabat apa, dan apa yang telah diperbuat ketika menjabat. Apa saja penghargaan yang pernah diperoleh. 

Jadi kepala daerah misalnya, tapi gak ada prestasi, minim penghargaan, ya gak layak dipilih. Jadi pimimpin ormas, atau partai, kalau gak kelihatan prestasinya, jangan dipilih. Masukin keranjang sampah! Lalu, lupakan.  

Ketiga, lihat komitmennya. Komitmen terhadap janjinya, ditepati atau dikhianati. Konsistensinya antara kata dan kerja perlu juga dinilai. Bagaimana juga komitmennya terhadap harapan dan kebutuhan rakyat.  

Mulai saat ini, para tokoh masyarakat, pimpinan ormas, akademisi, intelektual, aktifis, agamawan, harus mulai menkampanyekan cara memilih pemimpin yang benar. Memilih dengan otak, bukan dengan perasaan.  

Diantara cara yajg efektif adalah dengan membanding-bandingkan calon pemimpin dari aspek integritas, komitmen dan prestasinya. Khususnya untuk calon pemimpin 2024, baik pilpres maupun pilkada. Rakyat harus juga mulai didorong untuk menolak praktek-praktek pencitraan yang dilakukan para kandidat itu. 

Tagline-nya: Prestasi Yes! Pencitraan No! Ini harus terus dikampanyekan, supaya pemilih semakin rasional dan tidak dibodoh-bodohin. Tidak terus dibohongin. Semakin banyak pemilih rasional, maka semakin besar peluang Indonesia mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Seorang pemimpin yang ideal. Dan ini butuh peran dan kerja keras semua elemen bangsa.  

Dari sementara nama kandidat yang muncul untuk pilpres 2024, yaitu Anies Baswedan, Prabowo, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Khofifah Indra Parawansa, Agus Harmukti Yudhoyono, Taj Yasin, Edy Rahmayadi, Ahmad Heryawan, Gatot Nurmantyo, La Nyala Mattaliti, Puan Maharani, Budi Gunawan, Tito Karnavian, dan lain lain, silakan dilihat track record masing-masing. Perhatikan baik-baik dengan otakmu, bukan dengan perasaanmu.  

Jakarta, 10 Juni 2021

*Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa  

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement