Kamis 10 Jun 2021 13:25 WIB

Pemimpin G7 Diprediksi Serukan Penyelidikan Kembali Covid-19

Seruan penyelidikan diprakarsai pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Foto udara ini menunjukkan cakrawala Wuhan, Cina, Kamis malam, 14 Januari 2021. Sebuah tim peneliti global tiba Kamis di kota Cina, tempat pandemi virus korona pertama kali terdeteksi untuk melakukan penyelidikan yang sensitif secara politik tentang asal-usulnya di tengah ketidakpastian tentang apakah Beijing mungkin mencoba mencegah penemuan yang memalukan.
Foto: AP/Samuel McNeil
Foto udara ini menunjukkan cakrawala Wuhan, Cina, Kamis malam, 14 Januari 2021. Sebuah tim peneliti global tiba Kamis di kota Cina, tempat pandemi virus korona pertama kali terdeteksi untuk melakukan penyelidikan yang sensitif secara politik tentang asal-usulnya di tengah ketidakpastian tentang apakah Beijing mungkin mencoba mencegah penemuan yang memalukan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Para pemimpin negara anggota G7 diperkirakan akan menyerukan kembali penyelidikan asal-usul Covid-19, Kamis (10/6). Hal itu terungkap dari draf komunike yang bocor.  

Seruan penyelidikan diprakarsai pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Biden diketahui telah meminta badan-badan di negaranya memperluas penyelidikan asal-usul Covid-19. Satu badan intelijen AS meyakini virus itu bocor dari laboratorium di Wuhan. 

Menurut Bloomberg News, yang mengatakan telah melihat draf komunike, G7 juga akan berkomitmen memberikan satu miliar dosis ekstra vaksin Covid-19 selama setahun depan. Hal itu guna mempercepat perlindungan global terhadap penyakit tersebut.

Menjelang partisipasinya di KTT G7, Joe Biden telah mengatakan, AS berkomitmen membeli 500 juta dosis vaksin Covid-19. Nantinya, vaksin tersebut bakal didistribusikan ke negara-negara berkembang.

Menurut laporan Bloomberg, komunike G7 tahun ini juga akan berisi janji untuk mengatasi kerja paksa dalam rantai pasokan global. Hal itu termasuk di sektor surya dan garmen yang melibatkan kerja paksa minoritas.

Dengan tegas terhadap kepemimpinan China, komitmen tersebut turut memaksa para pemimpin Uni Eropa, AS, Kanada, Jepang, dan Inggris mengambil tindakan terhadap Beijing menyusul perlakuan buruk terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. KTT G7 dijadwalkan dihelat di Cornwall, Inggris, pada 11-13 Juni. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement