Kamis 10 Jun 2021 12:58 WIB

UMM Masuk 10 Besar Penerima Hibah PKKM 2021

Program ini memiliki tujuan yang terangkum dalam delapan indikator kinerja utama.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMM di Malang.
Foto: afifah07.student.umm.ac.id
Kampus UMM di Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mendapatkan pendanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi program sarjana.

Ketua Tim Taskforce PKKM UMM, Prof Sujono mengatakan, UMM berhasil memperoleh pendanaan lebih dari Rp 8,1 miliar. Raihan tersebut menempatkan UMM di posisi pertama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) penerima dana PKKM.

“Kami juga berada di posisi pertama di antara 28 perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah yang memperoleh dana hibah ini,” katanya, Rabu (9/6).

Adapun UMM menempati posisi kesepuluh PTN-PTS penerima bantuan pemerintah PKKM 2021. Hasil itu membawa UMM bertengger bersama Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Brawiajaya, dan Universitas Indonesia.

Kemudian juga dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Jember, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Tadulako. Menurut Sujono, UMM yang digolongkan di Liga I mampu berkompetisi dengan PTN dan PTS dengan meloloskan empat prodinya.

Yakni Prodi Teknik Mesin, Teknologi Pangan, Peternakan, dan Akuakultur. Sebelum diajukan, keempat prodi itu juga sudah melalui penilaian dari universitas sehingga meningkatkan persentase lolos di tahap PKKM.

Dikatakan, program ini memiliki tujuan yang terangkum dalam delapan indikator kinerja utama (IKU). Hal ini mulai dari kesiapan kerja lulusan, mahasiswa dan dosen di luar kampus, kualifikasi, hingga penerapan riset dosen.

Ada pula hal-hal yang terkait dengan kemitraan, pembelajaran dalam kelas, hingga akreditasi internasional. Dosen yang juga menjabat sebagai Koordinator Asisten Rektor UMM itu berharap raihan ini bisa meningkatkan capaian akademik serta kualitas lulusan dosen dan pembelajaran yang ada di UMM.

 

"Selanjutnya, bisa dikembangkan di prodi lain sebagai bentuk dukungan akan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digalakkan oleh pemerintah," ujarnya.

Wakil Rektor I UMM, Prof Syamsul Arifin menerangkan, delapan IKU yang tercantum pada dasarnya menekankan pada tiga hal. Yakni, peningkatan kualitas lulusan, dosen dan pengajar, serta prodi. Hal ini bertujuan melahirkan lulusan yang dapat memperoleh pekerjaan dalam masa tunggu yang relatif tidak lama.

Selain itu, juga mendorong lulusan untuk mampu melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. "Tentu hal itu bisa digapai melalui dosen yang berkualitas dan dibarengi dengan akreditasi yang bagus,” katanya.

Ia merasa bersyukur UMM bisa mendapatkan dana hibah mengingat ada ribuan perguruan tinggi yang juga berusaha meraihnya. Pihaknya mengapresiasi kinerja dari tim taskforce di tingkat universitas dan prodi yang sudah bekerja demi melancarkan proses program PKKM.

Melihat dana hibah yang banyak, ia menegaskan UMM akan selalu trasnparan dan bertanggungjawab dalam menggelontorkan dana hibah terkait. Terakhir, ia ingin hasil ini dapat menjadi momentum bagi UMM untuk melaksanakan aktivitas yang berfokus pada capaian kedelapan poin IKU.

Tidak hanya bagi empat prodi yang lolos tapi juga bisa ditularkan ke prodi-prodi lainnya di UMM.  IKU PKKM menjadi salah satu data yang ada di sistem PINDAI DIKTI. Data tersebut nantinya akan menjadi acuan pemerintah dalam menetapkan peringkat perguruan tinggi. "Semoga kita bisa menjalankan dan menggunakan dana ini dengan baik,” katanya.

Sementara itu, Rektor UMM, Fauzan menjelaskan, UMM sudah mendesain konsep kampus merdeka sejak 2000an. Sejumlah unit bisnis yang telah dimiliki UMM menjadi laboratorium terapan bagi mahasiswa.

UMM juga memiliki banyak kerja sama, baik dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa di antaranya jalinan dengan Erasmus Mundus Plus dari konsorsium Uni Eropa. Program ini melibatkan mahasiswa, karyawan, dan dosen.

Selain juga Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMM yang kini diubah menjadi Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) juga menyediakan berbagai skema. Tidak hanya terbatas pada skema top down tapi juga menggunakan skema yang disesuaikan dengan passion mahasiswa.

Berbagai kebijakan ekuivalensi seperti ini sudah dilakukan UMM sejak lama.  "Maka, secara substansial UMM relatif siap karena budaya yang telah dibangun memang selaras dengan konsep kampus merdeka,” ujar Fauzan.

Menurut dia, aktivitas tersebut akan terus didorong sampai UMM menjadi centre of excellence berbasis program studi. Hal itu merupakan salah satu jawaban akan kampus merdeka. Fauzan berharap UMM bisa menjalankan program ini dengan lebih masif, baik di tingkat universitas, nasional, maupun internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement