Kamis 10 Jun 2021 10:29 WIB

Macron Ditampar, Polisi Temukan Buku Hitler di Rumah Pelaku

Penampar Macron diyakini memiliki ketertarikan dengan kelompok sayap kanan.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyaksikan pidato Mohammad Younes Menfi, presiden Dewan Kepresidenan Libya pada akhir pertemuan, di Istana Elysee, di Paris, Selasa, 23 Maret 2021.
Foto: AP/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyaksikan pidato Mohammad Younes Menfi, presiden Dewan Kepresidenan Libya pada akhir pertemuan, di Istana Elysee, di Paris, Selasa, 23 Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS-- Penyidik dilaporkan telah menemukan senjata dan salinan teks anti-Semit Hitler 'Mein Kampf' di rumah salah satu dari dua tersangka penampar wajah Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pria berusia 28 tahun itu ditangkap di luar sebuah sekolah hotel di tenggara Prancis.

Rumah kedua tersangka digeledah di sebuah desa di utara Tain-l'Hermitage setelah serangan. Tersangka kedua dilaporkan juga sebagai penggemar pertempuran abad pertengahan.

Baca Juga

Polisi juga menemukan buku dan senjata di rumah pria yang dicurigai merekam serangan terhadap Macron. Senjata yang ditemukan di rumah perekam adalah pedang, belati, dan senapan kolektor yang secara sah dimilikinya. Tidak jelas apakah senjata itu berfungsi dengan baik.

Presiden Prancis ditampar kerumunan yang dipisahkan oleh penghalang logam, dengan dua pengawalnya di sampingnya.

Juru bicara Macron, Gabriel Attal, membantah laporan bahwa dia telah diperingatkan oleh petugas keamanannya untuk tidak mendekati mereka.

"Jelas presiden republik akan terus berhubungan langsung dengan rakyat Prancis, sama seperti pemerintah lainnya," kata Attal.

Beberapa jam setelah insiden itu, Macron mengatakan peristiwa itu adalah peristiwa yang terisolasi. "Orang-orang yang melakukan kekerasan tidak boleh diizinkan untuk membajak debat publik," ujarnya.

Sementara orang yang menampar presiden Prancis diyakini memiliki ketertarikan pada sejumlah tokoh sayap kanan dan monarki, serta sejarah Prancis abad pertengahan. Di halaman Instagram-nya, pelaku menggambarkan dirinya sebagai bagian dari federasi nasional seni bela diri Eropa yang bersejarah. Pelaku mengenakan kostum Abad Pertengahan dan membawa pedang panjang.

Tapi menurut seorang teman, Loic Dauriac, tersangka penamparan adalah apolitis dan tamparan itu benar-benar di luar karakternya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement